PENGEMBANGAN PAI STANDAR MODEL PADA SEKOLAH

Oleh: Maspuroh, Abdullah Nurjamil, Luthfiah Nurul Qolbi, Resfi Marsa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskipsikan pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis standar model pada sekolah sebagai upaya meningkatkan kualitas ajar untuk para peserta didik. Metode peneletian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan melihat fenomena yang ada di sekitar kita. Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir pada sekolah-sekolah pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kurang efektif adanya. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan atau inovasi terbaru pada sektor standar model, metode pengajaran yang digunakan serta memperhatikan kualitas tenaga pendidiknya. Karena metode pengajaran memliki peran penting dalam proses belajar mengajar, apabila metode pengajaran yang digunakan tidak sesuai atau tidak pas dengan para peserta didik maka akan berakibat fatal pada proses belajar tersebut, atau yang paling buruk adalah kegagalan. Begitupun dengan kualitas tengana pendidknya, karena tenaga pendidik memiliki peran yang amat krusial, sebagus apapun metode pengajaran yang diterapkan apabila tenaga pendidiknya tidak berkualitas maka tidak akan maksimal hasilnya, karena tenaga pendiddik sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut. Adapun model-model yang digunakan dalam membantu mengembangkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah-sekolah meliputi, model dikotomis, mekanisme, dan organism atau sistemik, dengan ketiga model itu diharapkan bisa membatu mengembangkan pembalajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Indonesia khususnya di sekitar kita.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam (PAI) yang selama ini berlangsung agaknya terasa kurang terkait atau kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternasionalisasikan dalam diri peserta didik untuk bergerak, berbuat dan berperilaku secara kongkret-agamis dalam kehidupan praksis sehari-hari. Pelaksnaan pendidikan agama yang berlangsung di sekolah masih bisa dikatakan memiliki kelemahan, bahkan bisa dikatakan gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memerhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad mengamalkan nilai-nilai agama.

Bila kita mengamati fenomena emperik yang ada di hadapan dan sekeliling kita maka tampaklah bahwa saat terdapat banyak kasus kenakalan Pelajaran. Timbulnya kenakalan pelajar tersebut memang tidak semata-mata kegagalan PAI di sekolah yang lebih menekankan aspek kognitif tetapi bagaimana semuanya itu dapat mendorong serta menggerakan guru PAI untuk mencermati Kembali dan mencari solusi lewat pengembangan pembelajaran PAI yang berorientasi pada pendidikan nilai (afektif).

Pendidikan Agama Islam (PAI) yang merupakan bagian integral dari kurikulum nasional di Indonesia yang bertujuan membentuk karakter dan akhlak peserta didik. Dalam konteks modern, pengembangan PAI memerlukan pendekatan yang sistematis dan terstandarisasi agar efektivitas pembelajaran dapat terukur dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, diperlukan penerapan standar model dalam pengembangan PAI di sekolah, yang mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pengelolaan, dan penilaian. Namun, sejauh mana standar tersebut telah diterapkan secara optimal di sekolah masih menjadi pertanyaan penting. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk memberikan gambaran objektif tentang pengembangan PAI standar model pada sekolah.

METODE

Dalam artikel ini, pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) standar model pada sekolah dengan mengacu pada pengembangan metode pembelajaran, meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya serta meninjau pada standar model pengembangannya. Metode ini dipilih karena sifatnya yang mendalam dan dapat memberikan pemahaman dengan menceritkan fenomena yang sebenarnya terjadi di sekitar kita. Adapaun beberapa langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

1.    Studi Literatur

Langkah pertama yang dilakukan adalah studi literatur dengan mengumpulkan informasi yang bersangkutan dengan pengembangan metode ajar PAI pada sekolah, peningkatan kualitas tenaga pendidik PAI pada sekolah, serta menganalisis model standar PAI pada sekolah-sekolah, serta penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Literatur ini diambil dari berbagai sumber seperti jurnal pendidikan, buku, yang berkaitan dengan pengembangan PAI standar model pada sekolah.

2.    Analisis Dokumen

Langkah kedua yang dilakukan adalah menganalisis dokumen-dokumen berupa kurikulum, silabus, dan bahan ajar PAI yang diimplementasikan pada sekolah-sekolah untuk melihat apakah pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diperuntukan untuk para peserta didik itu sudah sesuai dengan standar kurikulum pendidikan negara. Analisis dokumen ini akan memberikan gambaran tentang orientasi pengambangan PAI standar model pada sekolah ini sudah sesuai denga napa yang diharapkan.

3.    Analisis Data

Langkah berikutnya adalah dengan menganalisis data yang dikumpulkan melalui berbagai literatur dari jurnal-jurnal terdahulu yang memiliki tema yang relevan atau dari buku-buku yang membahas hal serupa. Metode ini dilakukan untuk mengidentifikasi tema-tema utama yang masih ada sangkut pautnya dengan pengembangan PAI standar model pada sekolah, seperti masalah metode ajar yang digunakan, kualitas tenaga pendidik dan sebagainya. Dengan analisis ini diharapkan dapat ditemukan titik temu yang akan membatu pengembangan PAI yang lebih baik di masa mendatang. Melalui metode-metode yang digunakan ini, diharapkan artikel ini dapat memberikan gamabaran dan memberikan jawban atas polemic kita selama ini mengenai pengembangan PAI yang ada di Indonesia.

PEMBAHASAN

1.    Metode Ajar Sebagai Upaya Pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada

Standar Model Pada Sekolah Pada dasarnya setiap metode menghadirkan sistem atau cara pembelajaran yang berbeda antara satu dengan lainnya. Meski demikian tujuannya tetap sama, yaitu memberikan pemahaman terkait pembelajaran tersebut. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi efektivitas metode pembelajaran, salah satunya metode ajar untuk pengembangan PAI standar model yang mencakup:

1)    Metode konvensional dan inovatif.

Dikutip dari buku 164 Model Pembelajaran Kontemporer karya Linda Yurike Susan Sumendap, M.Pd (2022: 303), pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk mengahfal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang (kontekstual). Model pembelajaran konvensional adalah istilah pembelajaran yang biasanya diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Metode ini cenderung fokus pada pembelajaran menghafal dan latihan dalam teks-teks. Selain itu, penilaian dilakukan dalam model pembelajaran tersebut adalah bersifat tradisional dengan tes kertas dan pensil yang hanya diperlukan satu jawaban yang benar.

Metode pembelajaran inovatif, menurut Syiah dan Kariadanata pembelajaran inovatif adalah metode pembelajaran yang bisa menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengelola media berbasis teknologi dalam proses pembelajaran. Jenis pembelajaran inovatif : Cooperative learning, problem based learning, project based learning, inquiry based learning, flipped classroom, blended learning

2)    Pembelajaran Tematik.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006), sebagai model pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, pembelajaran tematik mempunyai karakteristik-karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran lainnya, yaitu berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, mata pelajarannya yang menyatu dalam bentuk tema, konsep dari berbagai mata pelajaran tersaji dalam satu proses pembelajaran yang bermakna, dan hasil dari pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.

Pembelajaran tematik PAI adalah pendekatan pengajaran dalam Pendidikan Agama Islam yang mengintegrasikan beberapa materi pelajaran ke dalam satu tema sentral, menciptakan pengalaman belajar yang holistik, relevan, dan bermakna bagi siswa. Tujuannya adalah agar siswa memahami hubungan antara berbagai aspek PAI (Al-Qur'an, akidah, akhlak, fikih, sejarah) dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata, bukan hanya pada batasan mata pelajaran yang terpisah.

3)    Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 dengan menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan pembelajarannya. Pendekatan yang berpusat pada siswa atau (student centered approach) ini, bertujuan supaya siswa nantinya mampu memiliki kapabilitas dalam berpikir (thinking skill) kritis, ilmiah, dan analitis.

Dalam model ini, dirancang agar peserta didik diberikan ruang untuk bereksplorasi terhadap materi pembelajaran. Mereka pun secara aktif dapat membangun konsep, prinsip serta hukum dengan melalui kegiatan 5M, yaitu mengamati, menanya, mengajukan (hipotesis), menghimpun data dengan beberapa cara dan teknik, menganalisa, serta membuat kesimpulan dan mengomunikasikan konsep atau prinsip yang telah ditemukan. Tujuannya adalah untuk membina siswa agar berpikir kritis, analitis, dan logis dalam memahami ajaran Islam, yang berdampak pada pembentukan pribadi Muslim yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Contoh Siswa menggunakan panca indera untuk mengamati fenomena atau materi pembelajaran terkait PAI, misalnya melihat gambar Al-Qur'an atau mengamati perilaku orang-orang yang mencerminkan nilai-nilai Islam.

4)    Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual teaching and learning.

Menurut Johnson (2007: 67), contextual teaching and learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan membantu para siswa untuk melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari, dengan menghubungkan subyek-subyek akademik tersebut pada konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya. Contoh penerapan model CTL pada pembelajaran PAI Guru menampilkan ilustrasi, video, atau cerita nyata yang berkaitan dengan materi PAI, seperti kisah hijrah, untuk memicu pemikiran siswa. Prinsip utama CTL dalam pembelajaran PAI : Mengaitkan dengan kehidupan nyata, keterlibatan siswa penuh, pengetahuan yang fleksibel, dan penilaian autentik.

2.    Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidik Dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Sekolah

Kualitas tenaga pendidik dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) Standar Model di sekolah sangat penting dan bergantung pada kompetensi guru, pelatihan yang berkelanjutan, penerapan metode pengajaran inovatif, pemanfaatan teknologi, serta kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan terintegrasi. Guru PAI harus menjadi inspirasi dan panutan yang tidak hanya menguasai materi tetapi juga memiliki sikap religius dan mampu menanamkan nilai moral Islam secara mendalam, bukan hanya pada aspek formal dan hafalan. Aspek Kualitas Tenaga Pendidik PAI Standar Model:

1)  Kompetensi dan Wawasan Luas: Guru PAI dituntut memiliki keilmuan yang mumpuni, wawasan luas, dan kemampuan untuk menjadi panutan bagi siswa, mencakup kompetensi kepribadian, profesional, sosial, dan pedagogik.

2)  Pelatihan dan Pengembangan Profesional: Pelatihan dan pengembangan profesional secara berkala sangat penting agar guru memiliki keterampilan baru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, terutama dalam konteks PAI Standar Model.

3)  Integrasi Kurikulum dan Materi: Guru harus mampu mengintegrasikan ajaran Islam dalam seluruh mata pelajaran, tidak hanya dalam pelajaran agama itu sendiri, sehingga siswa melihat keterkaitan antara agama dan kehidupan sehari-hari.

4)  Metode Pengajaran yang Inovatif dan Interaktif: Penggunaan metode seperti diskusi kelompok, simulasi, dan pembelajaran berbasis proyek membantu menciptakan suasana belajar yang menarik dan mendukung kualitas pembelajaran. Penggunaan teknologi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi kunci untuk mendukung metode pengajaran yang inovatif dan memperkaya materi pembelajaran.

5)  Peran Sebagai Panutan dan Pembentuk Karakter: Guru PAI tidak hanya mengajar materi, tetapi juga berperan membentuk karakter dan akhlak mulia siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Kolaborasi dan Dukungan: Kolaborasi antar guru PAI untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik, serta dukungan berupa mentoring dan pendampingan, juga sangat membantu dalam meningkatkan kualitas manajemen pembelajaran.

3.    Model-Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dalam realitas kehidupan sehari-hari sering timbul pertanyaan apa saja aspek-aspek kehidupan itu? Apakah agama merupakan bagian dari aspek kehidupan, sehingga hidup beragama berarti menjalankan salah satu aspek dari berbagai aspek kehidupan, ataukah agama merupakan sumber nilai dan operasional kehidupan, sehingga agama akan mewarnai segala aspek kehidupan itu sendiri? Dalam konteks inilah para pemikir dan pengembang pendidikan pada umumnya mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut pada gilirannya melahirkan beberapa model dalam pengembangan PAI sebagaimana uraian berikut:

1)    Model Dikotomis

Pada model ini, aspek kehidupan dipandangan sangat sederhana, dan kata kuncinya adalah dikotomi atau diskrit. Segala sesuatu hanya dilihat dari dua sisi yang berlawanan. Pandangan dikotomis tersebut pada gilirannya dikembangkan dalam memandang aspek kehidupan dunia dan akhirat, kehidupan jasmani dan rohani, sehingga pendidikan agama Islam hanya diletakkan pada aspek kehidupan akhirat saja atau kehidupan rohani saja. Dengan demikian, pendidikan agama dihadapkan dengan pendidikan non agama, pendidikan keislaman dengan nonkeislaman, demikian seterusnya.

Pandangan semacam itu akan berimplikasi pada pengembangan pendidikan agama Islam yang hanya berkisar pada aspek kehidupan ukhrowi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dari kehidupan jasmani. Pendidikan (agama) Islam hanya mengurusi persoalan ritual dan spiritual, sementara kehidupan ekonomi, politik, seni-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan sebagainya dianggap sebagai urusan duniawi yang menjadi garapan bidang pendidikan nonagama. Pandangan dikotomis inilah yang menimbulkan dualisme dalam sistem pendidikan, yaitu istilah pendidikan agama dan nonagama. Sikap dikotomi (dualisme) ini terkait erat dengan world view umat Islam dalam memandang dan menempatkan dua sisi ilmu, yaitu ‘ilm al-dînîyah dan ‘ilm ghair aldînîyah.

2)    Model Mekanisme

Model mekanisme memandang kehidupan terdiri atas berbagai aspek, pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya, bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-elemen, yang masingmasing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri, dan antara satu dengan lainnya bisa berkonsultasi atau tidak. Aspek-aspek atau nilai nilai kehidupan itu sendiri terdiri atas nilai agama, nilai individu, nilai sosial, nilai politik, nilai ekonomi, nilai rasional, nilai estetik, nilai biofisik, dan lain-lain. Demikian juga dalam proses pendidikan dibutuhkan sistem nilai agar dalam pelaksanaannya berjalan dengan arah yang pasti, karena berpedoman pada garis kebijaksanaan yang ditimbulkan oleh nilai-nilai fundamental, misalnya nilai agama, ilmiah, sosial, ekonomi, kualitas kecerdasan dan sebagainya.

Oleh karena itu, jika kita membahas nilai-nilai pendidikan, akan jelas melalui rumusan dan uraian tentang tujuan pendidikan, sebab di dalam rumusan tujuan pendidikan itu tersimpul dari semua nilai pendidikan yang hendak diwujudkan di dalam pribadi peserta didik. Demikian pula, jika berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara nilainilai ideal yang bercorak Islami. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan Islam adalah tujuan yang merealisasi idealitas Islami. Sedang idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.

3)    Model Organism/Sistemik

Meminjam istilah biologi, organism dapat berarti susunan yang bersistem dari berbagai bagian jasad hidup untuk suatu tujuan. Dalam konteks pendidikan Islam, model organism bertolak dari pandangan bahwa aktivitas kependidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang hidup bersama dan bekerja sama secara terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu terwujudnya hidup yang religius atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama.

Pandangan tersebut menggarisbawahi pentingnya kerangka pemikiran yang dibangun dari fundamental doctrines dan fundamental values yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah alShahîhah sebagai sumber pokok. Ajaran dan nilai-nilai ilahi didudukkan sebagai sumber konsultasi yang bijak, sementara aspek kehidupan lainnya didudukkan sebagai nilai-nilai insani.

Nilai ilahi dalam aspek teologi tak pernah mengalami perubahan, sedangkan aspek amaliahnya mungkin mengalami perubahan sesuai dengan tututan zaman dan lingkungan. Sebaliknya nilai insani selamanya mengalami perkembangan dan perubahan menuju ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Tugas pendidikan adalah memadukan nilai- nilai baru dengan nilai-nilai lama secara selektif, inovatif, dan akomodatif guna mendinamisasikan perkembangan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan, tanpa meninggalkan nilai fundamental yang menjadi tolok ukur bagi nilai-nilai baru.

Melalui upaya semacam itu, maka sistem pendidikan Islam diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, nilainilai agama dan etik, serta mampu melahirkan manusia-manusia yang menguasai dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kematangan profesional, dan sekaligus hidup di dalam nilainilai agama.

KESIMPULAN

Pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) standar model di sekolah bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran agama secara menyeluruh. Terdapat tiga aspek utama yang menjadi fokus dalam pengembangan ini:

1.  Metode Ajar: Penggunaan metode ajar dalam PAI mengalami inovasi dengan pendekatan yang lebih interaktif dan kontekstual, seperti diskusi kelompok, studi kasus, dan pembelajaran berbasis proyek. Hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya memahami nilai-nilai Islam secara teoritis, tetapi juga mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidik: Pengembangan dilakukan melalui pelatihan berkelanjutan, sertifikasi guru, serta peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional. Tenaga pendidik juga didorong untuk menguasai teknologi pendidikan agar proses pembelajaran lebih menarik dan relevan dengan perkembangan zaman.

3.    Model Pengembangan PAI: Model pengembangan PAI standar meliputi integrasi kurikulum, pembelajaran tematik, serta penanaman nilai-nilai karakter berbasis Islam. Model ini menekankan pada keterpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran, sehingga menghasilkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga matang secara spiritual dan emosional. (WA/Ow)

Lebih baru Lebih lama