![]() |
Sumber Foto: Runners World |
WARTAALENGKA,
CIANJUR – Dalam beberapa tahun terakhir, smartwatch menjadi salah
satu perangkat paling populer di kalangan pelari. Tidak hanya berfungsi sebagai
penunjuk waktu, jam tangan pintar kini hadir dengan berbagai fitur canggih yang
membantu pelari memantau performa, mengatur intensitas latihan, hingga menjaga
kesehatan secara menyeluruh. Tren ini berkembang pesat seiring dengan
meningkatnya minat masyarakat pada gaya hidup sehat dan olahraga lari yang
relatif mudah diakses oleh siapa saja.
Salah
satu daya tarik utama smartwatch adalah kemampuannya dalam mencatat data secara
real time. Pelari dapat memantau jarak tempuh, kecepatan, detak jantung, hingga
tingkat saturasi oksigen. Bahkan, beberapa model kelas atas sudah mampu
mengukur variabel fisiologis yang lebih rumit seperti VO₂ max, recovery time, dan
efektivitas latihan. Data ini membuat pelari, baik pemula maupun profesional,
lebih mudah dalam menyusun strategi latihan yang tepat.
Di
kelas premium, Garmin menjadi pilihan utama banyak pelari serius. Seri seperti
Garmin Forerunner 265 dibanderol sekitar Rp7–8 jutaan, menawarkan layar AMOLED
cerah, GPS multi-band, serta rekomendasi latihan harian. Lebih tinggi lagi, ada
Garmin Enduro 3 dan Fenix 8 Pro yang harganya bisa menembus Rp15–20 jutaan
dengan tambahan fitur solar charging, navigasi offline, serta konektivitas
satelit yang sangat berguna bagi pelari trail maupun ultra marathon.
Meski
begitu, tidak semua pelari membutuhkan fitur ekstrem. Brand seperti Samsung dan
Apple juga menghadirkan smartwatch dengan keseimbangan antara fungsi olahraga
dan gaya hidup. Samsung Galaxy Watch 6, misalnya, dibanderol sekitar Rp4–5
jutaan. Jam tangan ini mampu melacak rute lari dengan GPS akurat, mencatat
detak jantung, pola tidur, hingga mendukung konektivitas lengkap dengan
smartphone Android. Apple Watch Series 9 dan Apple Watch Ultra 2 juga cukup
populer di kalangan pelari yang sudah nyaman dengan ekosistem iOS. Seri Ultra 2
yang dijual di kisaran Rp14 jutaan memiliki GPS dual-frequency, tahan banting,
serta baterai yang bisa bertahan lebih dari sehari penuh.
Bagi
pelari yang ingin mendapatkan fitur dasar dengan harga lebih terjangkau, ada
pilihan dari Xiaomi, Amazfit, dan Huawei. Xiaomi Watch S1 Active dijual sekitar
Rp2 jutaan, dengan fitur seperti GPS bawaan, pelacakan lebih dari 100 mode
olahraga, serta baterai yang bisa bertahan hingga 12 hari. Amazfit T-Rex 2 dan
Amazfit GTR 4 juga cukup populer dengan harga Rp2–3 jutaan, menawarkan desain
tangguh serta daya tahan baterai panjang yang cocok untuk lari jarak jauh.
Huawei pun hadir dengan seri GT 3 Pro seharga Rp3–4 jutaan yang menonjolkan
desain elegan dan pelacakan kesehatan cukup akurat.
Di
kelas entry-level, smartwatch pelari bahkan sudah bisa dimiliki dengan harga
ratusan ribu rupiah. Xiaomi Mi Band 8, misalnya, hanya sekitar Rp500 ribuan,
sudah mendukung pelacakan langkah, jarak, detak jantung, dan monitoring tidur.
Meski fiturnya lebih sederhana dibanding seri premium, perangkat ini cukup
memadai untuk pelari pemula yang baru ingin mengenal pola latihan berbasis
data.
Tren smartwatch di kalangan pelari menunjukkan bahwa perangkat ini bukan sekadar aksesori, melainkan alat yang semakin penting untuk menunjang performa dan kesehatan. Dari Garmin kelas atas hingga Xiaomi yang ekonomis, pilihan smartwatch kini bisa disesuaikan dengan kebutuhan, gaya berlari, dan tentu saja anggaran. Bagi pelari yang mengejar performa maksimal, fitur premium jelas menjadi investasi. Namun, bagi mereka yang sekadar ingin menjaga konsistensi olahraga, smartwatch dengan harga terjangkau pun sudah lebih dari cukup untuk menemani setiap langkah. (WA/Ow)