![]() |
Sumber Foto: Reuters |
WARTAALENGKA, Jakarta –
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat langkah
kontroversial dengan memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir pada Jumat
(1/8/2025). Langkah ini dilakukan di tengah memanasnya perang kata antara Trump
dan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev.
Dalam unggahan di platform media sosial Truth Social, Trump mengungkapkan bahwa dua kapal selam nuklir telah diperintahkan untuk berjaga-jaga di “wilayah yang tepat”, meski ia tidak merinci lokasinya.
"Kata-kata sangat penting, dan seringkali dapat menyebabkan konsekuensi
yang tidak diinginkan, saya harap ini tidak termasuk dalam contoh
tersebut," tulis Trump, dikutip AFP.
Trump tidak menjelaskan
apakah kapal selam yang dimaksud merupakan kapal selam bertenaga nuklir atau
yang bersenjata nuklir. Ia juga tidak merinci pernyataan Medvedev mana yang
memicu langkah tersebut.
Serangan
Balik Medvedev dan "Dead Hand"
Medvedev
sebelumnya melontarkan kritik tajam kepada Trump melalui akun Telegram-nya pada
Kamis (31/7/2025). Dalam unggahannya, ia menyinggung sistem “Dead Hand” atau Tangan
Mati, sistem otomatis yang sangat rahasia yang digunakan untuk mengendalikan
senjata nuklir Rusia selama era Perang Dingin.
Unggahan Medvedev ini datang
setelah Trump menyebut Rusia dan India memiliki “ekonomi mati” serta mengancam
akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia terkait invasi berkelanjutan ke
Ukraina.
Medvedev menuding Trump tengah bermain politik ultimatum. Bahkan, dalam
unggahan di platform X pada Senin (28/7/2025), Medvedev mengingatkan Trump
bahwa Rusia adalah kekuatan yang tangguh.
Trump membalas komentar
tersebut dengan keras, menyebut Medvedev sebagai “mantan presiden yang gagal”
yang seolah masih merasa memimpin Rusia.
"Dia memasuki wilayah yang sangat berbahaya," ujar Trump,
mengingatkan Medvedev agar berhati-hati dengan ucapannya.
Sebagai catatan, Dmitry
Medvedev pernah menjabat sebagai Presiden Rusia periode 2008-2012, sebelum
kursi kepresidenan kembali dipegang oleh Vladimir Putin.
Ultimatum untuk Rusia dan Sanksi Baru
Pengerahan kapal selam nuklir ini juga terjadi di tengah
tenggat waktu yang ditetapkan Trump kepada Rusia hingga akhir pekan depan. Ia
mendesak Moskow untuk mengambil langkah menghentikan invasi ke Ukraina atau
menghadapi sanksi baru yang disebutnya “belum pernah diterapkan sebelumnya”.
Meskipun menghadapi tekanan dari Washington, Rusia terus melancarkan
serangan ke Ukraina dengan intensitas tinggi. Analisis AFP menunjukkan pasukan
Rusia telah meluncurkan jumlah drone terbesar sepanjang sejarah perang pada
Juli 2025.
Putin: “Kami Menginginkan Perdamaian”
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan keinginannya untuk
perdamaian pada Jumat yang sama. Namun, ia tetap pada tuntutannya agar Ukraina
meninggalkan wilayah yang diklaim Rusia serta menghentikan upaya untuk
bergabung dengan NATO.
Invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung hampir tiga setengah tahun dan terus menimbulkan ketegangan geopolitik global, kini semakin panas akibat konfrontasi langsung antara Trump dan Medvedev. (WA)