![]() |
Sumber Foto: Primaya Hospital |
WARTAALENGKA, Cianjur – Gusi bengkak adalah kondisi umum yang sering dianggap sepele oleh masyarakat. Padahal, pembengkakan gusi bisa menjadi tanda awal dari penyakit periodontal serius dan bahkan berhubungan dengan gangguan kesehatan sistemik seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguan kekebalan tubuh. Artikel ini membahas secara ilmiah penyebab, mekanisme, dan potensi komplikasi dari gusi bengkak, serta pendekatan penanganannya berdasarkan penelitian terkini.
1.
Apa Itu Gusi Bengkak?
Gusi
bengkak (gingival swelling) adalah kondisi di mana jaringan gingiva mengalami
pembesaran akibat peradangan, infeksi, atau akumulasi cairan (edema).
Pembengkakan ini biasanya disertai kemerahan, nyeri tekan, dan terkadang
perdarahan saat menyikat gigi.
2.
Penyebab Umum Gusi Bengkak
Secara
etiologis, gusi bengkak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
- Plak dan tartar:
Akumulasi plak yang tidak dibersihkan akan mengeras menjadi kalkulus
(karang gigi) dan memicu radang gusi (gingivitis).
- Infeksi bakteri, virus, atau jamur:
Infeksi herpes simplex, kandida oral, atau abses periodontal bisa
menimbulkan pembengkakan lokal.
- Defisiensi nutrisi:
Kekurangan vitamin C (skorbut) dapat menyebabkan pembengkakan dan
perdarahan gusi.
- Perubahan hormonal:
Kehamilan, pubertas, dan menstruasi dapat meningkatkan respons peradangan
gusi terhadap plak.
- Reaksi alergi atau penggunaan obat:
Obat seperti fenitoin, nifedipin, dan siklosporin dapat menyebabkan
hiperplasia gingiva.
- Trauma fisik:
Luka akibat menyikat terlalu keras atau penggunaan kawat ortodontik yang
kasar.
3.
Proses Terjadinya Pembengkakan
Peradangan
pada gusi dipicu oleh respon imun terhadap mikroorganisme dalam plak. Sel-sel
imun seperti neutrofil dan makrofag dilepaskan ke jaringan gingiva,
mengakibatkan vasodilatasi, permeabilitas kapiler meningkat, dan terjadilah
akumulasi cairan inflamasi. Proses ini memicu rasa nyeri, kemerahan, dan
pembengkakan.
4.
Hubungan Gusi Bengkak dengan Penyakit Sistemik
Penelitian
menunjukkan adanya korelasi antara penyakit periodontal (termasuk gusi bengkak
kronis) dengan:
- Diabetes mellitus:
Hiperglikemia mempengaruhi respons imun dan meningkatkan risiko
periodontitis.
- Penyakit kardiovaskular:
Bakteri dari rongga mulut bisa masuk ke sirkulasi dan menyebabkan
peradangan sistemik yang berkontribusi pada aterosklerosis.
- Kanker mulut:
Meskipun jarang, pembengkakan gusi yang menetap bisa merupakan manifestasi
awal neoplasma.
5.
Gejala yang Harus Diwaspadai
Beberapa
tanda yang memerlukan perhatian medis segera antara lain:
- Gusi bengkak lebih dari satu minggu
- Gusi bernanah atau berbau busuk
- Demam atau pembengkakan kelenjar getah
bening
- Gusi mudah berdarah dan nyeri hebat
6.
Diagnosis dan Pemeriksaan
Dokter
gigi akan melakukan pemeriksaan klinis dan radiografis (foto rontgen) untuk
menilai adanya kehilangan tulang alveolar atau abses. Tes darah mungkin
dibutuhkan untuk menilai kondisi sistemik seperti diabetes atau kelainan darah.
7.
Pengobatan dan Penanganan
- Skaling dan root planing:
Pembersihan plak dan karang gigi di bawah garis gusi.
- Antibiotik:
Digunakan pada infeksi berat atau abses.
- Obat kumur antiseptik:
Seperti chlorhexidine untuk mengurangi bakteri di rongga mulut.
- Pembedahan periodontal:
Jika terdapat jaringan gusi yang tumbuh berlebihan atau abses yang tidak
sembuh.
8.
Pencegahan Gusi Bengkak
- Menyikat gigi dua kali sehari dengan
teknik yang benar
- Menggunakan benang gigi (dental floss)
- Berkumur dengan antiseptik mulut
- Rutin kontrol ke dokter gigi setiap 6
bulan
- Menjaga pola makan seimbang, kaya
vitamin dan mineral
- Menghindari rokok dan alkohol
9.
Studi Kasus dan Data Ilmiah
Sebuah
studi dari Journal of Periodontology (2022) menunjukkan bahwa individu
dengan gingivitis kronis memiliki risiko 2,3 kali lebih tinggi terkena penyakit
jantung. Penelitian lain di International Journal of Dental Hygiene
mengungkap bahwa 67% kasus gusi bengkak pada anak-anak disebabkan oleh
kebersihan gigi yang buruk dan konsumsi makanan manis berlebih.
Gusi bengkak bukan sekadar keluhan ringan, melainkan bisa menjadi indikator awal dari masalah kesehatan mulut maupun sistemik yang serius. Edukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan gusi, deteksi dini, dan perawatan preventif merupakan langkah penting dalam menurunkan prevalensi penyakit periodontal di Indonesia. (WA/Ow)