Sumber Foto: FTL Gym
WARTAALENGKA, Jakarta – Pilates
telah menjadi salah satu bentuk latihan yang digemari banyak kalangan, mulai
dari atlet profesional hingga pekerja kantoran. Di balik gerakannya yang tampak
lembut dan terkontrol, tersimpan fondasi ilmiah yang kuat dalam meningkatkan
postur, fleksibilitas, serta kesehatan mental dan neuromuskular.
Asal
Usul dan Filosofi Dasar
Pilates
dikembangkan oleh Joseph Hubertus Pilates pada awal abad ke-20 sebagai sistem
latihan rehabilitatif. Prinsip dasarnya adalah contrology—kemampuan
tubuh untuk bergerak secara sadar melalui koordinasi antara pikiran, otot, dan
napas. Gerakan Pilates dilakukan dengan fokus tinggi, presisi, dan pengendalian
yang bertujuan untuk memperkuat otot inti (core), yang mencakup otot-otot
perut, punggung bawah, dan dasar panggul.
Dukungan
Ilmiah: Sistem Saraf dan Neuromuskular
Penelitian
dalam Journal of Bodywork and Movement Therapies (2021)
menunjukkan bahwa Pilates dapat meningkatkan aktivasi neuromuskular pada otot
core secara signifikan, yang berdampak langsung pada stabilitas tubuh dan
efisiensi biomekanik dalam gerakan sehari-hari. Aktivasi ini melibatkan sistem
saraf pusat (otak dan medula spinalis), terutama dalam pengaturan gerakan halus
dan keseimbangan.
Lebih lanjut, sistem
proprioseptif (kemampuan tubuh mengenali posisi dan gerak tanpa melihat) juga
terlatih dalam Pilates. Studi di European Journal of Applied Physiology menemukan
bahwa peserta Pilates mengalami peningkatan keseimbangan postural dan
koordinasi motorik setelah delapan minggu latihan teratur.
Pilates
dan Kesehatan Tulang serta Postur
Gerakan
Pilates dirancang untuk meningkatkan panjang otot tanpa menambah massa
berlebihan. Penelitian yang dipublikasikan oleh Archives of Physical
Medicine and Rehabilitation (2019) menunjukkan bahwa Pilates secara
signifikan membantu memperbaiki postur tubuh pada individu dengan skoliosis
ringan hingga sedang. Dengan latihan yang konsisten, keluhan nyeri punggung
bawah pun berkurang drastis, terutama karena penguatan otot core dan teknik
pernapasan dalam yang mendukung stabilitas tulang belakang.
Dampak
pada Kesehatan Mental: Menyentuh Aspek Neuropsikologis
Pilates
bukan hanya aktivitas fisik. Kombinasi gerakan lambat, napas teratur, dan fokus
mental membuat Pilates mirip dengan meditasi aktif. Dalam sebuah studi
dari Complementary Therapies in Medicine (2020), ditemukan
bahwa latihan Pilates selama 12 minggu dapat menurunkan kadar hormon stres
(kortisol) dan meningkatkan kadar endorfin serta serotonin—dua neurotransmiter
penting dalam kestabilan mood.
Ini menjelaskan mengapa
banyak praktisi Pilates merasa lebih tenang, fokus, dan memiliki kualitas tidur
yang lebih baik setelah berlatih secara rutin.
Pilates sebagai Rehabilitasi dan Pencegahan Cedera
Fisioterapis secara global menggunakan Pilates sebagai
bagian dari program rehabilitasi cedera lutut, pinggul, dan punggung. Metode
ini juga efektif dalam mencegah cedera berulang dengan cara memperbaiki
biomekanika tubuh dan memperkuat otot-otot penyangga. Studi dari Clinical
Rehabilitation (2022) menyimpulkan bahwa pasien yang menjalani Pilates
pasca-operasi ACL mengalami pemulihan rentang gerak dan kekuatan lebih cepat
dibanding yang tidak.
Kesimpulan: Latihan Holistik Berbasis Ilmu
Pilates adalah latihan menyeluruh berbasis bukti ilmiah
yang menyasar kekuatan inti, fleksibilitas, postur, keseimbangan neuromuskular,
dan kesehatan mental. Dengan pendekatan yang lembut namun efektif, Pilates
menjadi metode latihan yang ideal untuk segala usia dan tingkat kebugaran.
Lebih dari sekadar tren kebugaran, Pilates adalah manifestasi ilmiah dari
koneksi tubuh dan pikiran. Bagi siapa pun yang mencari keseimbangan antara
fisik yang kuat dan jiwa yang tenang, Pilates bisa menjadi jawabannya. (WA/Ow)