HAJI LEWAT JALUR LAUT? MENAG: BISA LEBIH MURAH

 

Sumber Foto: Kementerian Agama RI

WARTAALENGKA, Cianjur – Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa rencana penyelenggaraan haji dan umrah lewat jalur laut saat ini masih sebatas wacana yang tengah dikaji. Menurutnya, ide ini berpotensi dikembangkan lebih lanjut, namun belum masuk dalam agenda resmi pemerintah.

Dalam pernyataannya, Nasaruddin menegaskan bahwa banyak hal masih perlu dipertimbangkan secara teknis dan administratif, termasuk waktu tempuh, keamanan jemaah, dan efisiensi biaya. Meski demikian, ia membuka ruang bagi pihak swasta untuk menjajaki kemungkinan ini sebagai bagian dari inovasi layanan ibadah.

Jejak Sejarah dan Kemungkinan Baru

Indonesia pernah menggunakan jalur laut dalam pemberangkatan jemaah haji pada era 1960–1980-an dengan kapal-kapal seperti KM Gunung Jati dan KM Tidar. Namun, perjalanan yang memakan waktu hingga tiga bulan itu kemudian ditinggalkan sejak jalur udara menjadi lebih praktis.

Kini, dengan berkembangnya teknologi transportasi laut modern, perjalanan laut dinilai bisa lebih cepat—diperkirakan hanya memakan waktu sekitar 12 hingga 14 hari jika menggunakan kapal pesiar besar. Jalur laut pun dianggap berpotensi memperluas pilihan moda transportasi ibadah, khususnya untuk jemaah yang ingin merasakan pengalaman spiritual yang lebih mendalam.

Umrah Jadi Tahap Uji Coba

Pemerintah menyebut bahwa opsi pelayaran ini lebih realistis untuk umrah ketimbang haji. Sebab, pelaksanaan umrah memiliki jadwal yang lebih fleksibel dan tidak terikat dengan kuota ketat seperti halnya haji. Beberapa operator bahkan telah menguji potensi perjalanan umrah lewat laut dari negara tetangga seperti Malaysia.

Namun demikian, Menag menegaskan bahwa jika wacana ini ingin dijalankan, dibutuhkan kesiapan total, mulai dari kelayakan armada, fasilitas pelabuhan, hingga regulasi internasional terkait izin sandar dan pengaturan visa.

Tantangan Armada dan Regulasi

Salah satu tantangan terbesar dari jalur laut adalah kepemilikan armada. Banyak operator perjalanan belum memiliki kapal sendiri dan masih mengandalkan sistem sewa, yang justru dapat meningkatkan biaya. Selain itu, diperlukan kesiapan pelabuhan embarkasi di Indonesia serta kepastian kerja sama bilateral dengan pemerintah Arab Saudi.

Selain infrastruktur, perhatian juga tertuju pada aspek kenyamanan dan kesehatan jemaah, mengingat perjalanan laut yang cukup panjang akan membutuhkan fasilitas medis dan layanan pendukung lain yang setara dengan moda udara.

Wacana pemberangkatan haji dan umrah melalui jalur laut merupakan ide menarik yang berpotensi membuka inovasi baru dalam penyelenggaraan ibadah di Indonesia. Namun sebelum dapat diterapkan, diperlukan kajian mendalam dan sinergi lintas sektor. Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan bahwa segala kemungkinan masih terbuka, namun pelaksanaannya harus benar-benar matang dan aman bagi jemaah.

Jika terlaksana, ini bisa menjadi babak baru dalam sejarah pelaksanaan ibadah haji dan umrah Indonesia, sekaligus memperkaya pilihan jemaah dalam menjalankan perjalanan spiritual mereka. (WA/Ow)


Lebih baru Lebih lama