PBB SOROTI KETERLIBATAN PERUSAHAAN BESAR DUNIA DALAM GENOSIDA GAZA: DARI TEKNOLOGI, ENERGI, HINGGA PARIWISATA

 

Sumber Foto: VOA

WARTAALENGKA, Cianjur - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Pelapor Khusus untuk HAM di Palestina, Francesca Albanese, merilis laporan yang mengguncang komunitas internasional. Laporan berjudul "From Economy of Occupation to Economy of Genocide" menuding sejumlah perusahaan raksasa dunia berperan aktif dalam menopang proyek kolonial dan militer Israel yang berujung pada genosida di Gaza.

Laporan ini tidak hanya menyasar praktik militer dan politik, namun juga mengungkap keterlibatan sektor korporasi dalam sistem pendudukan dan kekerasan terhadap rakyat Palestina. Perusahaan-perusahaan tersebut dituduh berkontribusi dalam bentuk teknologi, logistik, pembiayaan, bahkan penguatan sistem apartheid.

Raksasa Teknologi Dituding Mendukung Aparatus Keamanan Israel

Beberapa nama besar dari sektor teknologi disebut secara gamblang dalam laporan tersebut. IBM, Google, Amazon, Microsoft, dan Palantir dituduh menyediakan infrastruktur digital bagi sistem pengawasan dan operasi militer Israel.

IBM, misalnya, disebut mengelola sistem biometrik untuk otoritas imigrasi Israel yang digunakan memantau dan membatasi pergerakan warga Palestina. Google dan Amazon terlibat melalui kontrak cloud senilai lebih dari US$1,2 miliar untuk sistem keamanan Israel. Microsoft pun disebut telah menjalin kerja sama militer sejak awal 2000-an, sementara Palantir memasok perangkat intelijen dan pemetaan target untuk keperluan militer.

Perusahaan Senjata dan Alat Berat Dukung Serangan ke Gaza

Dari sektor pertahanan, perusahaan seperti Lockheed Martin dan Leonardo S.p.A. disebut sebagai pemasok utama pesawat tempur F-16 dan F-35 yang digunakan dalam serangan udara ke Gaza sejak Oktober 2023. Sementara Caterpillar dituduh menyuplai buldoser militer yang digunakan untuk menghancurkan rumah, rumah sakit, dan masjid di wilayah Palestina.

Perusahaan alat berat seperti HD Hyundai dan Volvo pun disebut dalam laporan karena produk mereka digunakan untuk meratakan pemukiman Palestina dan menghancurkan lahan pertanian.

Industri Energi dan Pariwisata Juga Terseret

Tidak hanya sektor pertahanan dan teknologi, laporan PBB juga menyoroti peran perusahaan energi global seperti Chevron, Glencore, Drummond Company, dan BP. Mereka diduga menyuplai bahan bakar dan sumber daya energi yang secara tidak langsung menopang mesin perang Israel.

Sementara di bidang pariwisata, platform seperti Booking.com dan Airbnb dituding mempromosikan properti di pemukiman ilegal Israel, sekaligus mengambil keuntungan dari aktivitas di kawasan konflik. Airbnb dilaporkan mengalami lonjakan iklan properti dari 139 di 2016 menjadi 350 di 2025 di wilayah sengketa.

Investor dan Lembaga Keuangan Disorot

Laporan ini juga menuding lembaga keuangan global seperti BlackRock, Vanguard, Allianz PIMCO, BNP Paribas, dan Barclays karena berinvestasi dalam obligasi pemerintah Israel dan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam konflik. Dukungan keuangan mereka dianggap sebagai fondasi pendanaan dari sistem yang memungkinkan pelanggaran HAM berkelanjutan terhadap warga Palestina.

Tuntutan Akuntabilitas dan Boikot Global

Meski belum berujung pada sanksi hukum, laporan ini dipandang sebagai pemicu meningkatnya tekanan global terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. Potensi boikot konsumen, divestasi oleh investor etis, serta tuntutan pertanggungjawaban hukum di masa mendatang menjadi risiko nyata yang dihadapi para pelaku industri.

PBB menekankan pentingnya pengawasan dan akuntabilitas sektor swasta dalam konflik bersenjata, terutama ketika kepentingan ekonomi ternyata memperkuat tindakan genosida dan pelanggaran hak asasi manusia secara sistemik. (WA/Ow)

Lebih baru Lebih lama