AGAR TAK DIHAJAR TARIF TRUMP, INDONESIA SIAP TAMBAH IMPOR MINYAK DAN GAS AS TEMBUS USD 15 MILIAR!

 Sumber Foto: Wikipedia

WARTAALENGKA, Jakarta - Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sebagai respons terhadap kebijakan tarif tambahan sebesar 32 persen yang dijatuhkan oleh Presiden AS Donald J. Trump terhadap seluruh produk asal Indonesia. Salah satu sektor yang menjadi prioritas adalah energi.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa pemerintah tengah merancang peningkatan impor energi dari AS, termasuk minyak mentah dan liquefied petroleum gas (LPG). Tujuannya adalah menciptakan kesetaraan dagang sebagai jalan tengah menghadapi tekanan proteksionis dari Washington.

“Jadi dari sisi energi, kita juga berusaha untuk membuat trade balance antara Indonesia dengan AS. Kita merencanakan akan meningkatkan impor energi dari AS, karena selama ini kan kita juga mengimpor dari beberapa negara,” kata Yuliot di Jakarta, Selasa (8/7/2025).

Upaya Diplomasi Energi di Tengah Tekanan Tarif

Saat ini, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sedang berada di Washington DC untuk berdiskusi langsung dengan otoritas AS. Salah satu fokus pembicaraan adalah opsi peningkatan kuota impor sektor energi, yang diharapkan dapat menjadi kompromi atas keputusan tarif sepihak yang diumumkan Trump melalui media sosialnya, Truth Social.

Dalam keterangan lebih lanjut, Yuliot menyebut bahwa Indonesia sebelumnya sudah mengimpor minyak mentah dari Singapura dan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Namun untuk membentuk keseimbangan dagang baru, Indonesia membuka opsi pembelian energi dari AS dalam skala lebih besar.

“Estimasinya sekitar 15,5 miliar dolar AS potensi belanja sektor energi dari AS. Jadi kita sudah tawarkan untuk trade balance. Kita lihat saja nanti bagaimana keputusan akhirnya,” tuturnya.

Sikap Pemerintah: Tenang, Tapi Siaga

Yuliot menegaskan bahwa Indonesia tidak akan tergesa-gesa dalam menanggapi langkah Trump. Pemerintah disebut memilih sikap tenang, namun tetap berhati-hati.

“Ya kita juga ini relatif harus cool juga menanggapi kondisi seperti ini,” ujarnya.

Ketika ditanya mengenai strategi negosiasi lanjutan, Yuliot menyebut hal tersebut sepenuhnya berada di tangan tim negosiator yang dipimpin Airlangga di AS.

“Saya tanya Pak Airlangga dulu ya,” tambahnya singkat.

Keseimbangan Dagang Masih Terjaga

Meski mendapat tekanan tarif, posisi neraca perdagangan Indonesia terhadap AS sejauh ini masih positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencapai 16,84 miliar dolar AS sepanjang tahun 2024.

 

Sementara untuk periode Januari hingga Mei 2025, Indonesia masih mencatatkan surplus sebesar 7,08 miliar dolar AS. Namun surplus ini yang kini menjadi perhatian Washington, karena dianggap mengganggu stabilitas dagang AS—klaim yang sudah beberapa kali menjadi alasan kebijakan tarif Trump terhadap negara-negara berkembang. (WA)

Lebih baru Lebih lama