USUS SEHAT, HIDUP HEBAT: RAHASIA PROBIOTIK BAGI TUBUH DAN PIKIRAN

 

Sumber Foto: Alengka

WARTAALENGKA, Cianjur – Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang, jika dikonsumsi dalam jumlah yang tepat, memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, terutama sistem pencernaan. Umumnya, probiotik ditemukan dalam makanan fermentasi seperti yoghurt, kefir, kimchi, tempe, dan juga tersedia dalam bentuk suplemen. Mikroba ini bekerja dengan menyeimbangkan jumlah bakteri baik dalam usus.

Menurut jurnal Frontiers in Microbiology (2020), probiotik membantu memelihara integritas lapisan mukosa usus dan memperkuat sistem imun mukosa, sehingga mengurangi risiko peradangan kronis dan infeksi. Selain itu, probiotik juga mendukung produksi zat penting seperti asam lemak rantai pendek (short-chain fatty acids) yang berperan penting bagi kesehatan kolon.

Manfaat utama probiotik adalah menyeimbangkan mikrobiota usus, terutama setelah penggunaan antibiotik yang dapat membunuh bakteri baik. Probiotik membantu mengembalikan keseimbangan ini dan mengurangi gejala seperti diare pasca-antibiotik.

Penelitian dari American Journal of Clinical Nutrition (2016) menunjukkan bahwa konsumsi probiotik secara teratur dapat mengurangi risiko diare akibat infeksi, sembelit kronis, dan sindrom iritasi usus besar (IBS). Strain seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium terbukti paling efektif.

Probiotik juga memiliki manfaat bagi kesehatan mental. Studi dalam jurnal Nutrients (2019) mengonfirmasi bahwa konsumsi probiotik dapat menurunkan gejala kecemasan dan depresi ringan karena sekitar 90% serotonin diproduksi di usus—bagian dari hubungan gut-brain axis.

Selain itu, probiotik juga memperkuat daya tahan tubuh dengan membantu mencegah infeksi dan meningkatkan produksi antibodi alami.

Meski begitu, efektivitas probiotik bergantung pada jenis strain dan kondisi tubuh seseorang. Maka dari itu, konsumsi probiotik sebaiknya sesuai anjuran medis dan menggunakan produk yang teruji secara klinis.

Dengan demikian, probiotik bukan hanya pelengkap pola makan, tetapi juga bagian penting dari strategi menjaga kesehatan jangka panjang.

Selain manfaat umum yang telah disebutkan sebelumnya, probiotik juga memainkan peran penting dalam pengaturan metabolisme tubuh. Studi dalam Journal of Functional Foods (2022) menunjukkan bahwa beberapa strain probiotik tertentu mampu membantu menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan kolesterol HDL (kolesterol baik). Hal ini terjadi karena probiotik dapat memecah empedu di usus dan mengurangi reabsorpsi kolesterol ke dalam darah.

Dalam konteks obesitas dan manajemen berat badan, sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa konsumsi probiotik dapat memodulasi mikrobiota usus dengan cara yang mendukung efisiensi metabolisme energi. Studi yang diterbitkan dalam Obesity Reviews (2021) mencatat bahwa strain seperti Lactobacillus gasseri mampu menurunkan indeks massa tubuh (BMI) dan lingkar pinggang pada peserta uji coba klinis terkontrol.

Tak hanya untuk pencernaan dan metabolisme, probiotik juga berdampak positif pada kesehatan kulit. Mikrobiota usus yang sehat dapat membantu mengurangi peradangan sistemik yang sering kali memperburuk kondisi kulit seperti jerawat, rosacea, atau eksim. Sebuah tinjauan ilmiah dalam International Journal of Dermatology (2020) menekankan potensi probiotik oral sebagai terapi tambahan dalam menangani peradangan kulit kronis.

Kelompok usia lanjut pun mendapatkan manfaat dari konsumsi probiotik. Dengan bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh mengalami penurunan fungsi. Probiotik dapat membantu memperkuat respons imun dan mencegah infeksi saluran kemih maupun gangguan pencernaan yang sering terjadi pada lansia. Sementara pada bayi dan anak-anak, probiotik telah terbukti dapat mengurangi risiko alergi dan meningkatkan ketahanan terhadap infeksi saluran cerna.

Meski demikian, penting untuk diingat bahwa probiotik bukanlah solusi instan. Efeknya baru terasa jika dikonsumsi secara rutin dan dengan dosis yang tepat. Konsumen juga perlu mencermati kualitas produk probiotik yang tersedia di pasaran. Banyak produk belum memenuhi standar ilmiah terkait jumlah koloni hidup maupun strain yang digunakan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan FAO menyarankan agar setiap produk probiotik mencantumkan jenis strain dan jumlah mikroorganisme yang hidup pada akhir masa simpan. Namun, praktik ini belum sepenuhnya diterapkan oleh semua produsen, sehingga masyarakat perlu lebih kritis dan selektif dalam memilih produk.

Lebih jauh lagi, sejumlah ilmuwan melihat probiotik sebagai bagian penting dari pendekatan pengobatan preventif modern. Terapi berbasis mikrobiota usus diperkirakan akan menjadi bagian dari pengobatan masa depan, termasuk untuk gangguan neuropsikiatri, autoimun, dan metabolik.

Dengan kata lain, menjaga keseimbangan bakteri baik dalam usus melalui konsumsi probiotik bukan hanya soal mencegah diare atau konstipasi. Ini adalah fondasi dari sistem imun yang kuat, metabolisme yang sehat, kulit yang bersih, hingga pikiran yang stabil.

Oleh karena itu, semakin banyak profesional kesehatan yang merekomendasikan konsumsi probiotik dari sumber alami seperti yogurt, kefir, tempe, dan makanan fermentasi lain—atau dari suplemen dengan kualitas terstandar.

Dengan pemahaman yang lebih luas dan berbasis ilmiah, masyarakat bisa mulai menjadikan probiotik sebagai bagian penting dari gaya hidup sehat jangka panjang. (WA/Ow)


Lebih baru Lebih lama