WARTAALENGKA, Cianjur – Setelah berlangsung selama hampir dua
pekan, konflik bersenjata antara Iran dan Israel resmi dihentikan menyusul
pengumuman gencatan senjata oleh Pemerintah Iran. Kabar tersebut disampaikan
melalui saluran resmi Press TV dan dikonfirmasi oleh sejumlah media
internasional pada Senin, 24 Juni 2025. Gencatan senjata ini menandai
berakhirnya 12 hari ketegangan yang memuncak, termasuk serangan rudal balasan
dan tekanan diplomatik global.
Pemerintah Iran menyatakan bahwa
kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku pada Senin pagi waktu setempat.
Keputusan itu diumumkan setelah serangkaian perundingan tidak langsung melalui
mediator dari negara-negara di Timur Tengah dan tekanan dari berbagai kekuatan
dunia, termasuk Amerika Serikat, Rusia, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Juru Bicara Pemerintah Iran menyebut
bahwa keputusan untuk menghentikan serangan diambil demi meredam eskalasi lebih
lanjut dan mencegah korban sipil yang terus bertambah. Di sisi lain, Israel
hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan resmi, namun laporan media
setempat mengindikasikan bahwa pasukan Israel juga menghentikan operasi militer
aktif.
Selama 12 hari terakhir, wilayah udara
Timur Tengah dipenuhi ketegangan usai Iran meluncurkan puluhan rudal ke wilayah
Israel sebagai respons atas dugaan keterlibatan Israel dalam serangan
sebelumnya terhadap situs strategis Iran. Beberapa kota besar di Israel
termasuk Tel Aviv dan Haifa dikabarkan sempat mengalami gangguan pertahanan
udara akibat volume serangan tersebut.
Serangan itu pun memicu reaksi keras
dari Israel yang meluncurkan serangan balasan ke beberapa target militer dan
infrastruktur strategis milik Iran di luar dan dalam negeri. Korban jiwa dan
luka-luka dari kedua pihak pun tidak terhindarkan. Hingga akhir pekan lalu,
ratusan warga sipil dikabarkan menjadi korban, sementara ribuan lainnya harus
mengungsi dari daerah konflik.
Kondisi tersebut mendapat sorotan
tajam dari dunia internasional. Amerika Serikat, melalui pernyataan mantan
Presiden Donald Trump, turut menekan kedua belah pihak untuk segera
menghentikan serangan dan kembali ke meja diplomasi. Rusia dan Tiongkok juga menyuarakan
keprihatinan dan menyerukan perdamaian melalui jalur multilateral.
Langkah gencatan senjata ini, meski
disambut baik oleh sebagian besar negara, masih menyisakan kekhawatiran akan
potensi pelanggaran karena belum adanya jaminan perjanjian formal yang
ditandatangani secara langsung oleh kedua pihak. Beberapa analis menyebut bahwa
gencatan senjata ini lebih bersifat taktis ketimbang strategis.
Media Iran menegaskan bahwa negaranya
akan tetap waspada dan mempertahankan hak untuk membalas jika terjadi
pelanggaran gencatan senjata oleh pihak Israel. Sementara itu, sebagian warga
Israel menyuarakan kekhawatiran terhadap keberlanjutan stabilitas keamanan
dalam negeri mereka jika akar konflik tidak diselesaikan.
Sampai saat ini, belum ada rincian
pasti terkait mediator dan isi teknis dari gencatan senjata yang diumumkan.
Namun, sejumlah diplomat dari Qatar dan Turki disebut-sebut memainkan peran
penting dalam menjembatani komunikasi kedua negara yang tidak memiliki hubungan
diplomatik resmi.
Para pengamat hubungan internasional
menilai bahwa penghentian konflik ini setidaknya memberikan ruang bernapas bagi
warga sipil dan komunitas internasional untuk mendorong dialog jangka panjang.
Meski demikian, akar persoalan yang melibatkan ideologi, geopolitik, dan
sejarah panjang permusuhan tetap menjadi tantangan tersendiri.
Seiring berjalannya waktu, dunia kini
menunggu apakah gencatan senjata ini akan benar-benar bertahan atau justru
menjadi jeda sementara sebelum babak konflik baru kembali meletus. Hingga saat
ini, situasi di perbatasan masih dipantau ketat dan status kesiagaan militer
kedua negara belum dicabut sepenuhnya.
Gencatan senjata ini menjadi titik krusial bagi stabilitas kawasan Timur Tengah. Sebagian pihak berharap, langkah ini bisa menjadi awal dari proses rekonsiliasi yang lebih besar di tengah konflik regional yang tak kunjung padam. (WA/Ow)