![]() |
| Neng Dina Arselia Geovani Anindita, Juara III
Lomba Cerpen yang diselenggaran SMPN 1 Karangtengah Kabupaten Cianjur |
WARTAALENGKA,
Cianjur – Dipagi yang cerah ini aku mengisi pagiku
dengan bersekolah, seperti anak remaja pada umumnya. Aku bersekolah disalah
satu sekolah yang cukup terkenal dan mahal. Aku hanyalah murid beasiswa di
sekolah mahal ini dan aku adalah gadis yang cupu dan kurang mampu. Sehingga aku
seringkali menjadi bahan olokan teman-temanku. Tetapi aku mempunyai seorang
teman laki-laki, namanya defan.
|
Semua orang menganggap
Defan adalah anak yang nakal, berandal, jahat, dan bodoh!. Kenyataannya Defan
adalah anak yang sangat baik, itu menurutku. Dia tidak jahat, tetapi dia
sedikit sarkas, aku juga sering mendapat kata-kata sarkas dari Defan seperti,
“kalo dibully tuh jangan diem doing, sekali-kali lo lawan, dasar lemah!.”
Ucap Defan kepada ku saat aku dibully, dan aku menganggapnya hanya dengan
tertawa kecil. Kenapa? Karena sebelum dia mengatakan itu padaku dia lebih
dulu menolongku dari tukang bully.
Dan dia juga tidak bodoh, dia hanya malas untuk belajar sebenarnya dia adalah
murid yang sangat cerdas tetapi karena kemalasannya, dia di anggap bodoh oleh
semua orang, dia anak orang kalangan atas, sangat berbanding terbalik dengan
kehidupanku bukan?
Aku mengidap penyakit gagal ginjal stadium akhir, tetapi aku tidak akan
menyerah begitu saja, kenapa aku harus menyerah? Aku anak pintar. Buktinya
aku bisa masuk sekolah mahal ini karena kepintaran ku, aku akan berusaha
mendapatkan prestasi sebanyak mungkin dan sebaik mungkin di sekolah yang aku
ompikan sejak dulu.
Suatu hari aku dipanggil untuk segera menuju ke ruangan kepala sekolah untuk
menjumpai beliau, dugaan aku tepat, lagi-lagi aku dipilih menjadi perwakilan
sekolah untuk mengikuti olimpiade sains.
”Alisya, apakah kamu bersedia mengikuti olimpiade sains untuk menjadi
perwakilan sekolah?” tanya Kepala Sekolah padaku.
“Saya selalu bersedia, kali ini saya akan berusaha lebih baik lagi agar
sekolah kita bisa meraih juara utama pak” ucapku dengan penuh semangat 45.
Sejak saat itu setiap sepulang sekolah aku akan menemui guru pembimbingku
untuk mulai berlatih. Dari mengerjakan soal, sesi tanya jawab menghafal rumus
dan masih banyak lagi, huhhh… melelahkan sekalii. Tapi taka pa aku harus
berlatih dengan sungguh-sungguh, karena aku yakin usaha pasti tidak akan
menghianati hasil.
Aku terus berlatih sampau hari ini tiba, hari dimana olimpiade sains akan
domulai, hari ini aku ditemani oleh guru dan sahabatku, siapa lagi sahabatku
kalo bukan defan. Waktu terus berjalan dan akhirnya olimpiade telah selesai,
kepalaku terasa pening mungkin efek berfikir tadi. Akhirnya hasil dari
olimpiade tadi akan segera diumumkan, ahh aku jadi tidak sabar, tapi aku juga
cemas, gugup, tetapi disampingku ada Defan yang selalu memegang jari jemariku
untuk berusaha menenangkanku.
Tunggu, juara tiga sudah diumumkan dan itu bukan asal sekolahku, bukan juga
namaku.
“Mungkin aku mendapatkan juara dua” pikirku.
Juara dua juga selanjutnya diumumkan dan lagi-lagi itu bukan namaku, bukan
asal sekolahku. Rasa cemas aku semakin bertambah, Defan yang melihatku cemas
berusaha terus menenangkanku.
”Gausah cemas gitu, gue yakin kali
ini pasti lo dapet juara utama” ucapnya.
Tapi aku berfikir aku tidak akan mungkin mendapatkan juara utama, disitu
harpanku sudah pupus untuk mendapatkan juara.
Sehingga pada akhirnya juara utama diumumkan. “tunggu
bukannya?? Itu namaku dan asal sekolahnya? Jadi.. benar kata Defan? Aku
mendapatkan juara utama?” tanyaku penuh kebingunggan dan sambut dengan rasa
bahagia.
Aku sangat senang dan lega karena aku bisa membanggakan nama
sekolahku.
“Tuhkan apa gue bilang pasti lo dapet juara utama, selamat yaa” ucap Defan
dan aku menanggapinya hanya dengan senyuman kecil.
Badanku tiba-tiba terasa tidak enak, Aku berjalan menuju mimbar didepan untuk
menerima penghargaanku. Tetapi pandangan aku tiba-tiba kabur, darah tiba-tiba
mengalir dari hidungku dan badan aku terasa sangat lemas, sampai akhirnya aku
tidak sadarkan diri.
Sampai pada akhirnya aku sadar aku sudah berada dirumah sakit. Aku sedang
menjalankan pengobatan, rasanya sakit sekali. Rasanya aku berteriak
sekeras-kerasnya. Aku dirawat sudah beberapa hari, penyakit ini sudah memakan
tubuhku, gagal ginjalku sudah stadium akhir harapanku untuk kembali sehat dan
melanjutkan hidup sangatlah sempit.
Namun aku tidak akan menyerah walaupun sangat terasa berat, jemariku terasa
sangat berat. Tetapi aku terus berusaha untuk mengenggam penaku untuk
berusaha ku tuliskan seluruh perjuangkuku ini, perjuangan merasa sakit dan
berharap menjadi catatatan yang berharga yang bisa terakhir kali aku tuliskan
sebelum aku tiada.
Pada satu paragraph aku tuliskan pesan untuk sahabatku Defan, dengan pesan
singkat berisi, ”Semangat yaa belajarnya, kamu harus bisa melanjutkan
perjuanganku untuk selalu mengharumkan nama sekolah menjadi perwakilan
sekolah dalam mengikuti olimpiade sains berikutnya, semoga kita bisa selelu
bersama defan.” Surat ini aku sengaja tulis karena aku sudah merasa ajalku
semakin dekat dengan apa yang aku rasakan sekarang. (WA/Ow) |
