Terciprat Minyak Panas di Dapur? Begini Cara Pertolongan Pertama yang Benar Menurut Sains Medis

Sumber Foto: RRI

WARTAALENGKA, Cianjur – Kegiatan memasak adalah rutinitas harian yang tak bisa lepas dari kehidupan rumah tangga. Namun, tanpa disadari, dapur juga menjadi salah satu tempat paling sering terjadinya kecelakaan ringan, seperti luka bakar akibat terkena panci panas, air mendidih, atau minyak panas. Meskipun tampak sepele, luka bakar ringan yang tidak ditangani dengan benar dapat menimbulkan infeksi serius, meninggalkan bekas permanen, bahkan memperlambat proses penyembuhan kulit.

Secara medis, luka bakar dikategorikan menjadi tiga tingkat:
(1) Luka bakar derajat satu hanya mengenai lapisan kulit luar (epidermis), biasanya tampak kemerahan dan terasa perih seperti terbakar sinar matahari.
(2) Luka bakar derajat dua sudah mencapai lapisan kulit bawah (dermis), ditandai dengan munculnya gelembung air (lepuh).
(3) Luka bakar derajat tiga jauh lebih dalam dan serius, hingga merusak jaringan kulit bahkan otot.

Dalam konteks rumah tangga, luka bakar ringan (derajat satu dan sebagian derajat dua) adalah yang paling sering terjadi, seperti saat tangan terkena uap kukusan, minyak panas terciprat, atau menyentuh gagang panci tanpa kain pelindung.

Menurut riset dari World Health Organization (WHO, 2023), sekitar 60% luka bakar rumah tangga terjadi di dapur, dan 70% di antaranya melibatkan perempuan usia dewasa. Artinya, edukasi pertolongan pertama sangat penting untuk mencegah risiko lanjutan dan mempercepat penyembuhan.

Langkah pertama yang paling krusial ketika terkena panas adalah mendinginkan area luka sesegera mungkin. Berdasarkan hasil penelitian dari Burns Journal (2021), mendinginkan luka dengan air bersuhu normal (20–25°C) selama 15–20 menit terbukti mengurangi kerusakan jaringan hingga 50%. Air yang terlalu dingin atau menggunakan es justru tidak disarankan, karena dapat memperparah kerusakan jaringan kulit di sekitar luka.

Setelah luka didinginkan, hindari langsung mengoleskan bahan-bahan tradisional seperti pasta gigi, mentega, kecap, atau minyak kelapa. Banyak orang percaya bahan-bahan itu dapat “menyembuhkan” luka, padahal secara medis justru dapat memerangkap panas di dalam kulit dan meningkatkan risiko infeksi. Dokter kulit dari Mayo Clinic (2022) menegaskan bahwa zat-zat tersebut bisa menutup pori-pori kulit, menghambat pendinginan alami, dan mengandung bakteri yang memperburuk luka.

Langkah selanjutnya adalah membersihkan luka secara lembut dengan air bersih dan sabun ringan. Jika terdapat lepuhan (gelembung air), jangan memecahnya, karena lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung alami kulit dari bakteri luar. Jika pecah secara tidak sengaja, area tersebut perlu segera dibersihkan ulang dan ditutup dengan kasa steril yang tidak melekat di kulit.

Setelah dibersihkan, luka dapat diberikan salep khusus luka bakar ringan yang mengandung silver sulfadiazine atau aloe vera (lidah buaya) murni. Kedua bahan ini terbukti secara klinis mampu mempercepat regenerasi kulit dan mencegah infeksi. Penelitian di Journal of Wound Care (2020) menemukan bahwa penggunaan lidah buaya murni mempercepat penyembuhan luka bakar ringan hingga 33% dibanding perawatan konvensional.

Jika rasa nyeri terasa cukup kuat, obat pereda nyeri seperti paracetamol atau ibuprofen dapat membantu. Namun, penggunaan obat harus mengikuti dosis yang dianjurkan. Hindari mengoleskan minyak gosok, balsem, atau cairan antiseptik keras seperti alkohol di area luka, karena bisa memperparah kerusakan jaringan kulit.

Tanda-tanda luka bakar yang memerlukan pertolongan medis segera meliputi: luka lebih dari 3 cm, muncul nanah, bengkak parah, nyeri yang tak tertahankan, atau luka di area wajah, leher, atau alat kelamin. Selain itu, luka bakar pada anak-anak dan lansia perlu penanganan khusus karena kulit mereka lebih tipis dan rentan terhadap infeksi.

Dalam konteks edukasi rumah tangga, penting juga untuk mencegah kejadian luka bakar sebelum terjadi. Beberapa langkah sederhana yang direkomendasikan oleh National Fire Protection Association (NFPA, 2022) antara lain:

  • Gunakan sarung tangan tahan panas saat memegang alat masak.
  • Jangan meninggalkan penggorengan tanpa pengawasan.
  • Pastikan gagang panci menghadap ke dalam, bukan keluar dari kompor.
  • Jauhkan anak-anak dari area memasak.

Selain itu, menyediakan peralatan pertolongan pertama (P3K) di dapur adalah investasi penting bagi keselamatan keluarga. Isinya sebaiknya mencakup kasa steril, salep luka bakar, antiseptik ringan, dan obat pereda nyeri. Kesiapsiagaan sederhana ini sering kali menentukan seberapa cepat luka bisa pulih tanpa komplikasi.

Luka bakar ringan memang terlihat sepele, namun jika salah ditangani, dapat berujung pada infeksi kulit, jaringan parut permanen, atau bahkan sepsis. Oleh karena itu, pemahaman dasar mengenai pertolongan pertama berbasis sains medis menjadi hal wajib yang sebaiknya dimiliki setiap ibu rumah tangga.

Dengan langkah cepat, sederhana, dan tepat—yaitu dinginkan luka, bersihkan, lindungi, dan pantau perkembangannya—proses penyembuhan kulit dapat berjalan optimal tanpa perlu intervensi medis lanjutan. Ilmu kecil ini, bila diterapkan dengan benar, bisa menjadi “penyelamat besar” di dapur setiap rumah tangga. (WA/Ow)


Lebih baru Lebih lama