![]() |
Sumber Foto: Detik |
WARTAALENGKA,
Cianjur – Musik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
manusia sejak masa prasejarah. Dalam konteks modern, mendengarkan musik di pagi
hari bukan hanya sekadar kebiasaan, melainkan sebuah bentuk stimulasi otak yang
berdampak luas terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Penelitian
neuropsikologi menunjukkan bahwa paparan musik di awal hari dapat memengaruhi
ritme sirkadian, sistem saraf otonom, hingga tingkat hormon stres seseorang.
Studi
yang dilakukan oleh University of Cambridge (2022) menemukan bahwa mendengarkan
musik selama 15–20 menit setelah bangun tidur dapat meningkatkan kadar dopamin
hingga 9%. Dopamin berperan penting dalam memunculkan rasa bahagia dan
motivasi. Ketika seseorang memulai hari dengan perasaan positif, sistem limbik
di otak merespons dengan meningkatkan fokus dan produktivitas sepanjang hari.
Selain
itu, mendengarkan musik di pagi hari terbukti mampu menurunkan kadar
kortisol—hormon stres—menurut riset dari Osaka University (2021). Kortisol
biasanya mencapai puncaknya pada pagi hari untuk membantu tubuh tetap waspada,
namun pada banyak individu dengan stres kronis, kadar kortisol terlalu tinggi.
Musik berperan sebagai penyeimbang alami, membantu menurunkan tekanan darah dan
memperlambat detak jantung, menciptakan kondisi mental yang tenang namun siap
beraktivitas.
Dari
perspektif neurologis, musik memengaruhi area prefrontal cortex yang
bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan perencanaan. Riset dari
Harvard Medical School (2020) mengungkapkan bahwa mendengarkan musik dengan
tempo 100–130 bpm (beat per minute) di pagi hari mampu meningkatkan aktivitas
otak bagian kiri yang berkaitan dengan analisis dan fokus. Tidak mengherankan
jika para profesional yang terbiasa memulai hari dengan musik cenderung
memiliki tingkat konsentrasi lebih tinggi dalam pekerjaan mereka.
Selain
efek kognitif, musik pagi juga memiliki manfaat emosional yang signifikan.
Nada-nada yang lembut dan harmonis dapat memengaruhi sistem parasimpatis,
membuat tubuh merasa rileks dan mengurangi gejala kecemasan. Sementara musik
dengan ritme lebih cepat, seperti pop atau upbeat jazz, menstimulasi korteks
motorik dan dapat meningkatkan semangat berolahraga. Beberapa penelitian bahkan
mencatat peningkatan rata-rata 12% dalam performa olahraga pagi pada individu
yang mendengarkan musik energik sebelum aktivitas fisik.
Musik
juga berperan dalam membentuk kebiasaan positif. Dalam psikologi perilaku,
rutinitas yang menyenangkan di pagi hari meningkatkan kemungkinan seseorang
mempertahankan pola hidup sehat. Misalnya, mendengarkan musik sambil menyiapkan
sarapan sehat atau melakukan peregangan ringan akan menciptakan asosiasi
positif antara aktivitas produktif dan perasaan bahagia.
Lebih
jauh, paparan musik di pagi hari berpotensi memperkuat memori jangka panjang.
Sebuah eksperimen oleh Stanford University (2019) menunjukkan bahwa subjek yang
mendengarkan musik instrumental selama 10 menit setelah bangun memiliki
peningkatan kemampuan retensi informasi hingga 15% dibanding kelompok kontrol
yang tidak mendengarkan musik. Musik membantu otak mencapai kondisi “optimal
alertness”, yaitu fase kesiapan mental yang ideal untuk menerima informasi
baru.
Namun,
tidak semua jenis musik memberi efek positif yang sama. Musik dengan lirik yang
terlalu emosional atau tempo sangat cepat dapat menstimulasi amigdala secara
berlebihan, memicu stres atau kebingungan kognitif. Oleh karena itu, penting
memilih genre musik sesuai kebutuhan emosional individu. Lagu dengan tempo
moderat (80–110 bpm), harmoni mayor, dan frekuensi stabil (sekitar 432–528 Hz)
umumnya lebih efektif untuk menstimulasi energi positif di pagi hari.
Selain
manfaat mental, beberapa studi juga menunjukkan efek fisiologis musik terhadap
sistem kekebalan tubuh. Penelitian di University of Vienna (2022) melaporkan
bahwa partisipan yang rutin mendengarkan musik klasik ringan di pagi hari
mengalami peningkatan kadar imunoglobulin A hingga 7%, yang berperan dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Hal ini menunjukkan bahwa musik tidak hanya
berpengaruh pada emosi, tetapi juga pada kesehatan biologis secara nyata.
Dalam
konteks sosial, musik pagi dapat menjadi media koneksi antarindividu. Misalnya,
keluarga yang memulai hari dengan lagu-lagu ceria bersama anak-anak cenderung
memiliki interaksi yang lebih positif. Aktivitas bersama ini menstimulasi
pelepasan oksitosin, hormon yang memperkuat ikatan emosional dan empati. Di
lingkungan kerja, memutar musik ringan di awal jam kantor terbukti meningkatkan
rasa kebersamaan dan menurunkan tingkat stres antarpegawai.
Meski
demikian, efek musik pagi juga dipengaruhi oleh kebiasaan tidur dan kondisi
psikis seseorang. Individu yang mengalami gangguan tidur berat atau depresi
mungkin memerlukan penyesuaian jenis musik tertentu, agar efeknya tidak
kontraproduktif. Musik dengan elemen frekuensi rendah atau minor chord dapat
memperdalam rasa sedih jika didengar pada kondisi emosional yang rentan.
Dengan
berbagai bukti ilmiah tersebut, musik di pagi hari dapat dianggap sebagai
intervensi non-farmakologis yang sederhana namun efektif dalam meningkatkan
kualitas hidup. Dalam era modern yang sarat tekanan, aktivitas mendengarkan
musik pagi bisa menjadi bentuk “higiene mental” yang memperkuat keseimbangan
antara pikiran, tubuh, dan emosi.
Kesimpulannya, mendengarkan musik di pagi hari bukan sekadar hiburan, melainkan bentuk terapi alami yang telah divalidasi oleh sains. Ia bekerja di berbagai level — mulai dari hormon, sistem saraf, hingga perilaku sosial. Musik pagi membangunkan bukan hanya tubuh, tapi juga semangat hidup manusia itu sendiri. (WA/Ow)