![]() |
Sumber Foto: Ikea Indonesia |
WARTAALENGKA,
Cianjur – Tidur merupakan salah satu kebutuhan biologis dasar yang
sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun mental manusia. Kualitas
tidur tidak hanya ditentukan oleh durasi, tetapi juga oleh kondisi lingkungan,
termasuk pencahayaan. Sejumlah penelitian dalam bidang kronobiologi
menunjukkan bahwa pencahayaan saat tidur memainkan peran penting dalam regulasi
ritme sirkadian, terutama melalui pengaruhnya terhadap produksi hormon
melatonin.
Melatonin
adalah hormon yang diproduksi kelenjar pineal, berfungsi sebagai sinyal
biologis untuk mengatur siklus tidur-bangun. Paparan cahaya, terutama cahaya
buatan pada malam hari, dapat menekan sekresi melatonin sehingga mengganggu
proses tidur. Sebuah riset yang dipublikasikan di Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism (2021) menemukan bahwa tidur dengan
pencahayaan terang menurunkan kadar melatonin plasma hingga 50%, yang berdampak
langsung pada kualitas tidur seseorang.
Tidur
dengan lampu mati juga terbukti berhubungan dengan metabolisme yang lebih
sehat. Penelitian dari Northwestern University (2022) menunjukkan bahwa
orang dewasa muda yang tidur dengan lampu menyala atau cahaya televisi memiliki
resistensi insulin yang lebih tinggi keesokan paginya dibandingkan mereka yang
tidur dalam kegelapan total. Hal ini mengindikasikan bahwa cahaya saat tidur
dapat memengaruhi metabolisme glukosa, yang berpotensi meningkatkan risiko
diabetes tipe 2 bila terjadi secara kronis.
Selain
itu, gangguan tidur akibat cahaya juga memiliki konsekuensi pada kesehatan
kardiovaskular. Studi oleh American Heart Association (2022) melaporkan
bahwa individu yang terbiasa tidur dengan lampu menyala memiliki tekanan darah
lebih tinggi serta denyut jantung yang kurang stabil dibandingkan dengan mereka
yang tidur dalam kondisi gelap. Mekanisme ini diduga terjadi karena cahaya
malam memicu aktivasi sistem saraf simpatis, sehingga tubuh tetap berada dalam
kondisi waspada meskipun sedang tidur.
Dampak
negatif tidur dengan cahaya juga sangat relevan pada kelompok anak-anak. Anak
yang tidur dengan lampu menyala cenderung memiliki pola tidur lebih pendek dan
sering terbangun di malam hari. Sebuah studi di Jepang pada lebih dari 40.000
anak usia sekolah (Okawa et al., 2019) menemukan bahwa penggunaan lampu
tidur terang berhubungan dengan peningkatan kasus insomnia dan kelelahan di
siang hari.
Dari
perspektif psikologis, tidur dengan lampu mati juga berhubungan dengan
kesehatan mental yang lebih baik. Riset longitudinal di Korea Selatan (Shin et
al., 2020) menunjukkan bahwa individu yang terbiasa tidur dalam kegelapan
memiliki tingkat kecemasan dan depresi lebih rendah dibandingkan dengan yang
tidur dengan lampu menyala. Hal ini kembali dikaitkan dengan kestabilan ritme
sirkadian serta kualitas tidur yang lebih baik.
Menariknya,
ada juga penelitian yang menyinggung potensi hubungan antara cahaya saat tidur
dan risiko kanker. International Agency for Research on Cancer (IARC, 2019)
menyatakan bahwa paparan cahaya buatan di malam hari termasuk faktor yang
mungkin bersifat karsinogenik karena menekan melatonin, yang diketahui memiliki
sifat antioksidan dan peran protektif terhadap kerusakan DNA. Studi
epidemiologi pada pekerja malam memperlihatkan peningkatan risiko kanker
payudara dan prostat yang kemungkinan berhubungan dengan gangguan ritme
sirkadian akibat cahaya.
Walaupun
demikian, intensitas cahaya menjadi faktor penting. Lampu tidur redup (<30
lux) mungkin tidak memberikan dampak sebesar cahaya terang (>100 lux), namun
penelitian terbaru menekankan bahwa kualitas tidur paling optimal tetap dicapai
dalam kondisi gelap total. Oleh karena itu, rekomendasi dari para ahli adalah
meminimalisasi paparan cahaya apapun saat tidur, termasuk cahaya dari perangkat
elektronik.
Dalam
praktik sehari-hari, tidur dengan lampu mati tidak hanya meningkatkan kualitas
tidur, tetapi juga memperbaiki kesehatan jangka panjang. Individu yang terbiasa
tidur gelap cenderung memiliki metabolisme lebih stabil, tekanan darah lebih
terkontrol, serta risiko gangguan mood yang lebih rendah. Sebaliknya, tidur
dengan cahaya buatan dalam jangka panjang berpotensi meningkatkan risiko
penyakit kronis, termasuk diabetes, hipertensi, hingga kanker.
Kesimpulannya, bukti ilmiah yang terus berkembang menunjukkan bahwa tidur dengan lampu mati bukan sekadar kebiasaan, melainkan intervensi sederhana yang memiliki dampak besar bagi kesehatan manusia. Kegelapan malam adalah kondisi alami yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan biologis. Oleh sebab itu, menjaga kamar tidur tetap gelap sebaiknya dijadikan bagian penting dari gaya hidup sehat untuk meningkatkan kualitas tidur sekaligus menurunkan risiko penyakit kronis di masa depan. (WA/Ow)