WARTAALENGKA, Cianjur –
Pemerintah Amerika Serikat melalui Presiden Donald Trump resmi menurunkan tarif
impor produk Indonesia ke angka 19 persen, menjadikannya salah satu
tarif terendah di ASEAN. Keputusan ini diumumkan pada 16 Juli 2025, berdasarkan
pembaruan data resmi dari Office of Chief Economist Bank Mandiri dan pernyataan
Menteri Perdagangan Budi Santoso.
Sebelumnya, Indonesia dikenai tarif impor sebesar 32 persen. Namun melalui
negosiasi bilateral antara Presiden Prabowo Subianto dan Donald Trump, tarif
ini berhasil ditekan signifikan menjadi 19 persen. Perundingan intensif itu
berlangsung sekitar 17 menit via telepon saat Prabowo berada di luar negeri.
Tarif baru ini menempatkan Indonesia dalam posisi paling kompetitif di
ASEAN. Di bawah tarif 19 persen, Indonesia hanya kalah tipis dari Singapura (10
persen), dan lebih unggul dibanding negara-negara seperti Vietnam (20 persen),
Malaysia (25 persen), Thailand dan Kamboja (36 persen), serta Laos dan Myanmar
(40 persen).
Menteri Perdagangan, Budi Santoso, menyebut tarif yang lebih rendah ini
bisa menjadi katalis kuat bagi ekspor nasional. “Mulai 1 Agustus, tarif ini
berlaku. Ini peluang besar untuk menarik investasi dan memperluas akses pasar
AS bagi produk kita,” tutur Budi dalam rapat bersama Komisi VI DPR.
Kesepakatan ini juga membuka potensi aliran investasi ke Indonesia,
terutama dari Amerika Serikat. Pemerintah tengah merancang mitigasi agar AS
berinvestasi langsung di dalam negeri, memanfaatkan tarif yang bersaing.
Sementara itu, Indonesia masih kenakan tarif nol untuk impor produk AS tertentu
seperti gandum dan kedelai, yang dinilai sebagai peluang mendukung industri
dalam negeri.
Anggota DPR dari Fraksi PAN, Okta Kumala Dewi, menyebut kebijakan ini
sebagai “napas baru” untuk sektor ekspor padat karya seperti tekstil. Ekspor
tekstil asal Banten misalnya, yang mencapai USD 160 juta pada 2024,
kini memiliki potensi lebih besar untuk bersaing di pasar AS.
Namun, ekonomi Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mewaspadai risiko
praktik transshipment—pengiriman barang dari negara lain melalui
Indonesia—yang bisa menimbulkan sanksi dagang. Ia menekankan
pentingnya definisi jelas agar tidak merugikan ekspor nasional. Ia juga
menyarankan agar tarif AS yang rendah dimanfaatkan sebagai momentum memperluas
pasar ekspor ke kawasan Uni Eropa, agar tak tergantung pada satu negara.
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Airlangga Hartarto, akan menjadi penanggung jawab pelaksanaan
teknis kesepakatan tarif ini.
Tarif impor AS terhadap produk Indonesia turun drastis dari 32% ke 19% setelah negosiasi langsung antara Prabowo dan Trump. Kebijakan ini membuka peluang ekspor dan investasi lebih besar, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tarif impor terendah kedua di Asia Tenggara. Namun, pemerintah tetap harus waspadai potensi transshipment dan memastikan kepentingan nasional terlindungi. (WA/Ow)