WARTAALENGKA, Jakarta - Pemerintah
China melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian, memberikan
tanggapan kritis terhadap kesepakatan tarif perdagangan yang baru saja dicapai
antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Dalam pernyataan resmi yang
disampaikan pada konferensi pers rutin di Beijing, Lin menekankan pentingnya
prinsip kesetaraan dalam penyelesaian sengketa ekonomi dan perdagangan
antarnegara.
"Sikap kami selalu
menekankan bahwa para pihak perlu menyelesaikan sengketa ekonomi dan
perdagangan melalui dialog dan konsultasi yang setara," ujar Lin Jian,
Rabu (17/7).
Pernyataan ini muncul di tengah sorotan global terhadap langkah Amerika
Serikat yang menurunkan tarif impor bagi Indonesia dari 32 persen menjadi 19
persen. Sebagai
imbalannya, Indonesia membuka penuh akses pasar bagi produk asal AS serta
membebaskan bea masuk sejumlah komoditas.
Lin menambahkan, China
berharap seluruh negara dapat berkontribusi dalam menciptakan lanskap ekonomi
internasional yang lebih sehat dan stabil.
"China berharap negara-negara dapat bersama-sama membangun lingkungan
yang kondusif bagi kerja sama ekonomi dan perdagangan internasional,"
tambahnya, dikutip dari kantor berita Antara.
Pernyataan ini secara implisit merespons dinamika hubungan dagang bilateral
Indonesia-AS yang belakangan makin intens, terutama setelah Presiden RI Prabowo
Subianto menjalin komunikasi langsung dengan Presiden AS Donald Trump.
Dalam perundingan via sambungan telepon, Trump menyetujui pemangkasan tarif
bagi produk Indonesia, dengan catatan bahwa Indonesia akan melakukan pembelian
komoditas strategis dari AS dalam jumlah besar.
Dalam keterangannya, Trump mengklaim bahwa Indonesia berkomitmen mengimpor
energi dari Amerika Serikat senilai 15 miliar dolar AS (setara Rp244 triliun),
serta produk pertanian senilai 4,5 miliar dolar AS (sekitar Rp73 triliun).
Tak hanya itu, Indonesia juga dikabarkan akan membeli sebanyak 50 unit
pesawat Boeing, mayoritas bertipe 777, sebagai bagian dari kesepakatan dagang
tersebut.
Langkah Indonesia ini memicu perhatian internasional karena terjadi di
tengah ketegangan dagang berkepanjangan antara AS dan China. Sebelumnya, kedua
negara raksasa itu sempat saling menerapkan tarif tinggi, dengan AS mengenakan
tarif hingga 145 persen untuk produk China, dan China membalas dengan tarif
hingga 125 persen. Meski demikian, setelah perundingan lanjutan,
keduanya sepakat menurunkan tarif masing-masing ke angka 30 persen.
Sikap China terhadap kesepakatan Indonesia dan AS ini mencerminkan kekhawatiran bahwa blok-blok dagang strategis global semakin mengarah pada pengelompokan kepentingan bilateral, alih-alih berbasis konsensus multilateral. (WA)