WARTAALENGKA, Cianjur - Tokoh organisasi masyarakat (ormas)
Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya, Rosario de Marshall alias
Hercules, menyampaikan permintaan maaf kepada dua mantan petinggi militer
Indonesia, yakni Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo dan Letjen TNI (Purn)
Sutiyoso.
Permintaan maaf itu disampaikan usai
Hercules mendapat teguran langsung dari mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat
(KSAD), Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman.
Sebelumnya, Hercules membuat
pernyataan kontroversial yang menyebut Sutiyoso sebagai "bau tanah"
dan menyatakan dirinya tidak takut terhadap Gatot Nurmantyo. Pernyataan itu
menuai kritik luas karena dinilai tidak etis dan menyinggung martabat para
purnawirawan TNI.
Jenderal Dudung mengaku dirinya
menelepon langsung Hercules untuk menegur pernyataan tersebut. Menurut Dudung,
ucapan Hercules tidak pantas dilontarkan kepada senior, apalagi kepada tokoh
militer yang pernah berkontribusi besar bagi bangsa.
Dalam tayangan program Prime Talk
di Metro TV, Dudung menyampaikan bahwa dirinya merasa terpanggil untuk
meluruskan sikap Hercules yang dinilainya tidak beretika. “Saya bilang ke
Hercules, jangan seperti itu. Tidak bagus. Kita ini masih bagian dari keluarga
besar TNI,” ujar Dudung.
Dudung menambahkan, komunikasi di
antara sesama yang pernah bersinggungan dengan institusi militer harus tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati dan kedewasaan dalam bertutur
kata.
Teguran dari Dudung tampaknya cukup
membuat Hercules gentar. Menurut pengakuannya, ia mengaku menyesal telah
menyampaikan pernyataan yang bisa menyinggung dua jenderal senior tersebut.
“Saya minta maaf kepada Bapak Gatot
Nurmantyo dan Bapak Sutiyoso. Saya tidak bermaksud menyinggung, hanya
terpancing suasana. Saya sadar itu salah,” ujar Hercules seperti dikutip dari
sejumlah media nasional.
Selain itu, Dudung juga menyampaikan
pesan penting dari Presiden terpilih Prabowo Subianto terkait organisasi
masyarakat yang meresahkan masyarakat. Dalam rapat kabinet, menurut Dudung,
Prabowo menegaskan bahwa ormas-ormas yang menyengsarakan rakyat harus
dibubarkan.
“Pak Prabowo bilang: ormas yang
menyusahkan rakyat, yang suka memalak dan menekan, bubarkan saja!” ungkap
Dudung. Pernyataan itu menjadi sorotan, mengingat GRIB Jaya juga kerap
dikaitkan dengan aktivitas ormas jalanan.
Dudung pun menegaskan bahwa tidak
boleh ada pihak yang merasa kebal hukum, apalagi jika tindakannya merugikan
masyarakat luas. Negara harus hadir untuk melindungi rakyat dari intimidasi,
bahkan jika itu datang dari ormas sekalipun.
Meski tidak menyebut nama organisasi
secara langsung, pernyataan Dudung dianggap sebagai peringatan keras terhadap
ormas-ormas yang cenderung bertindak di luar hukum.
Menanggapi hal tersebut, Hercules
menyatakan dirinya siap mendukung ketertiban dan menjaga keamanan. Ia juga
mengaku telah menyampaikan kepada anggotanya untuk tidak melakukan hal-hal yang
melanggar aturan.
“Saya juga sudah bilang ke anak-anak,
jangan bertindak semaunya. Kita harus jaga nama baik GRIB,” kata Hercules.
Ia pun menegaskan bahwa hubungannya
dengan para jenderal tetap baik dan tidak ingin memperpanjang polemik. “Kami
tetap saling hormat, saya tidak ingin masalah ini melebar ke mana-mana,”
ujarnya.
Permintaan maaf Hercules menjadi
penutup dari polemik yang sempat membuat gaduh ruang publik, khususnya di media
sosial dan kalangan purnawirawan TNI.
Sejumlah tokoh menyambut baik langkah
Hercules yang memilih meredakan situasi dan mengakui kekeliruannya. Mereka
berharap insiden ini menjadi pelajaran bersama bahwa perbedaan pandangan tidak
boleh disampaikan dengan cara yang merendahkan.
Masyarakat pun diimbau untuk lebih
berhati-hati dalam menyampaikan opini, terutama di ruang publik, agar tidak
memicu konflik yang merugikan semua pihak.
Sementara itu, hingga saat ini belum
ada tanggapan resmi dari Gatot Nurmantyo maupun Sutiyoso terkait permintaan
maaf Hercules tersebut.
Namun, publik berharap kedua jenderal
senior itu menerima permintaan maaf tersebut demi menjaga persatuan dan
soliditas nasional, terlebih di tengah suasana politik yang kian dinamis.
Polemik ini juga menjadi cerminan pentingnya komunikasi yang beretika di tengah era digital, di mana setiap pernyataan publik dapat dengan cepat menyebar dan menimbulkan dampak luas. (WA/Ow)