50 KEPALA DAERAH AKAN IKUTI RETREAT GELOMBANG II DI IPDN JATINANGOR AKHIR JUNI

 

Sumber Foto: Erakini

WARTAALENGKA, Cianjur - Kementerian Dalam Negeri akan kembali menggelar retreat kepala daerah gelombang kedua pada akhir Juni 2025. Agenda ini akan diikuti oleh 50 kepala daerah dari berbagai penjuru Indonesia dan diselenggarakan di kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Wakil Menteri Dalam Negeri John Wempi Wetipo menyampaikan bahwa pelaksanaan retreat ini merupakan kelanjutan dari gelombang pertama yang dianggap sukses. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, serta menjadi forum reflektif bagi para kepala daerah dalam menjalankan tugas kepemimpinan mereka.

IPDN Jatinangor dipilih sebagai lokasi penyelenggaraan karena dinilai memiliki nilai historis dan simbolik yang kuat. Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mencetak calon birokrat pemerintahan, IPDN menjadi tempat yang ideal untuk mengingatkan kembali para kepala daerah terhadap nilai-nilai dasar pelayanan publik dan integritas.

Menurut Wempi, retreat bukan sekadar pertemuan formal biasa. Formatnya dirancang agar lebih santai namun substansial. Kepala daerah akan diajak berdiskusi secara mendalam mengenai berbagai tantangan pembangunan, refleksi kinerja, serta strategi dalam mempercepat realisasi program prioritas nasional di daerah masing-masing.

Kegiatan ini juga menjadi bagian dari konsolidasi pasca-Pilkada serentak 2024, yang kini memasuki masa transisi kepemimpinan di berbagai daerah. Kemendagri memandang perlunya penguatan kapasitas kepala daerah, baik yang baru menjabat maupun yang melanjutkan periode, agar stabilitas pemerintahan dan pelayanan publik tetap terjaga.

Selain itu, dalam retreat ini juga akan dibahas topik-topik strategis seperti reformasi birokrasi, transformasi digital pemerintahan, penguatan pelayanan dasar, hingga pengelolaan anggaran yang transparan. Para peserta akan mendapat pembekalan dari sejumlah tokoh nasional, akademisi, dan praktisi pemerintahan.

Peserta retreat dipilih secara selektif berdasarkan sebaran wilayah, performa daerah, dan urgensi pembinaan. Baik gubernur, bupati, maupun wali kota akan dilibatkan secara proporsional agar forum ini mewakili ragam pengalaman dan kebutuhan daerah.

Wempi menegaskan bahwa kegiatan ini sama sekali tidak memiliki muatan politik elektoral. Retreat ini murni dirancang sebagai ruang konsolidasi dan penguatan kapasitas pemimpin daerah. “Kami pastikan agenda ini bebas dari nuansa politik praktis. Fokusnya adalah bagaimana kepala daerah dapat meningkatkan kinerjanya demi kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Kemendagri berharap hasil dari retreat gelombang kedua ini akan membawa perubahan positif di daerah. Outputnya diharapkan tidak hanya dalam bentuk komitmen, tetapi juga rencana aksi konkret yang bisa diimplementasikan usai kegiatan selesai.

Berbeda dari rapat koordinasi yang kerap berlangsung kaku, retreat ini akan memfasilitasi diskusi kelompok, evaluasi kinerja individu, dan bahkan sesi coaching personal bagi kepala daerah. Suasana yang lebih tenang di kampus IPDN diyakini bisa mendorong keterbukaan dan kontemplasi yang lebih dalam.

Pihak IPDN Jatinangor telah menyatakan kesiapannya menyambut para kepala daerah. Fasilitas kampus akan dimaksimalkan untuk menjamin kenyamanan dan kelancaran kegiatan, termasuk akomodasi dan ruang-ruang diskusi.

Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, retreat kepala daerah sempat menuai pujian karena berhasil menjadi forum pembelajaran lintas wilayah. Beberapa peserta menyatakan forum tersebut membuka wawasan baru dan menjadi tempat berbagi praktik baik dalam tata kelola pemerintahan.

Rencana menjadikan retreat kepala daerah sebagai agenda rutin tahunan pun mulai dipertimbangkan oleh Kemendagri. Dengan pembaruan format dan materi yang adaptif terhadap dinamika pemerintahan, kegiatan ini diyakini dapat meningkatkan kualitas kepemimpinan di daerah.

Meski begitu, sejumlah pihak juga memberikan catatan agar kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang seremoni atau formalitas belaka. Rakyat menunggu hasil nyata dari setiap pembekalan yang diterima para pejabat negara.

Kemendagri pun membuka ruang evaluasi dan pelaporan pasca-retreat agar dapat memantau implementasi komitmen yang dihasilkan. Dengan begitu, kegiatan ini dapat dipastikan membawa dampak langsung terhadap peningkatan pelayanan dan pembangunan di daerah.

Pada akhirnya, retreat kepala daerah gelombang kedua ini merupakan bagian dari ikhtiar pemerintah untuk memperbaiki tata kelola daerah secara menyeluruh. Jika kepala daerah mampu menghayati dan menerapkan nilai-nilai dari kegiatan ini, maka manfaatnya akan langsung dirasakan oleh masyarakat luas. (WA/Ow)


Lebih baru Lebih lama