WARTAALENGKA,
Cianjur – Snorkeling sering dipandang sekadar aktivitas rekreasi
di laut yang identik dengan liburan tropis dan pemandangan karang indah. Namun,
di balik kesan santainya, snorkeling ternyata menyimpan berbagai manfaat ilmiah
bagi kesehatan tubuh dan mental. Sejumlah penelitian dalam bidang fisiologi,
psikologi olahraga, hingga kelautan menunjukkan bahwa kegiatan ini memberikan
dampak positif yang signifikan, terutama jika dilakukan secara rutin.
Dari
sisi fisik, snorkeling adalah bentuk aerobik berdampak rendah (low-impact
aerobic exercise) yang melatih hampir seluruh kelompok otot utama—terutama otot
kaki, perut, dada, dan punggung. Aktivitas mengayuh kaki secara konstan di air
menciptakan resistensi alami yang memperkuat otot tanpa risiko cedera sendi
seperti pada olahraga darat. Penelitian dalam Journal of Exercise
Rehabilitation (2023) menunjukkan bahwa aktivitas air seperti snorkeling
mampu meningkatkan fleksibilitas, daya tahan jantung, serta sirkulasi darah.
Lebih
dari itu, snorkeling juga terbukti meningkatkan fungsi paru-paru dan
efisiensi pernapasan. Menghirup dan menghembuskan napas melalui snorkel
mendorong pernapasan dalam dan terkontrol, yang dalam jangka panjang melatih
kapasitas vital paru-paru. Sebuah studi dari European Respiratory Journal
(2022) bahkan mengaitkan olahraga air seperti snorkeling dengan peningkatan
fungsi paru-paru pada individu dewasa sehat dan penderita asma ringan.
Tak
kalah penting, snorkeling memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental.
Paparan warna biru laut, suara ombak, dan dunia bawah air yang tenang
berkontribusi pada efek relaksasi yang disebut sebagai “blue mind
effect”—fenomena psikologis di mana manusia merasa lebih damai saat berada
dekat air. Studi dari Wallace J. Nichols (2022) dalam bukunya Blue Mind
mendukung klaim bahwa laut memiliki efek terapeutik pada stres, kecemasan, dan
kelelahan mental.
Aktivitas
snorkeling juga melibatkan praktik mindfulness secara alami. Ketika
seseorang menyelam dan fokus pada pernapasan serta pemandangan bawah laut, otak
akan berada dalam kondisi “present moment awareness”, serupa dengan meditasi.
Efek ini menurunkan hormon kortisol dan meningkatkan hormon serotonin, dopamin,
serta endorfin—yang semuanya berkontribusi pada suasana hati yang lebih
positif.
Dari
perspektif kognitif, snorkeling dapat meningkatkan koordinasi tubuh,
keseimbangan, dan kesadaran spasial. Navigasi di lingkungan laut yang
dinamis melatih otak untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tekanan,
arus, dan jarak pandang. Ini menjadikannya aktivitas ideal untuk mempertahankan
fungsi neurologis pada orang dewasa, sebagaimana dikemukakan dalam Frontiers
in Human Neuroscience (2022).
Manfaat
sosial juga tak bisa diabaikan. Banyak sesi snorkeling dilakukan dalam kelompok
atau berpasangan, sehingga mendorong interaksi sosial, kerja sama, dan rasa
aman. Hal ini berdampak positif pada kualitas hubungan interpersonal dan
kepuasan hidup secara umum.
Untuk
anak muda dan mahasiswa, snorkeling dapat menjadi bentuk alternatif olahraga
dan rekreasi yang menyegarkan dari rutinitas akademik dan tekanan sosial.
Aktivitas ini terbukti membantu mengurangi gejala burnout dan meningkatkan
fokus setelah liburan pendek yang aktif.
Namun,
agar manfaat snorkeling benar-benar optimal, penting untuk memperhatikan aspek
keselamatan. Menggunakan peralatan yang tepat, memilih lokasi yang aman, dan
memahami kondisi cuaca serta arus laut adalah hal yang krusial. Selain itu,
pelatihan dasar seperti teknik pernapasan, penggunaan snorkel dan masker, serta
etika menjaga ekosistem laut perlu ditanamkan sejak awal.
Snorkeling
juga membuka kesadaran ekologis. Melihat langsung keindahan dan kerentanan
terumbu karang serta spesies laut seringkali memicu empati ekologis. Banyak
individu yang rutin snorkeling mengaku menjadi lebih peduli pada isu lingkungan
laut, seperti polusi plastik dan pemutihan karang, yang kemudian berdampak pada
gaya hidup mereka sehari-hari.
Kesimpulannya,
snorkeling adalah aktivitas yang tidak hanya menyenangkan tapi juga bermanfaat
secara menyeluruh: secara fisik, psikologis, sosial, dan bahkan ekologis.
Aktivitas sederhana ini menyimpan kekuatan besar yang sering diabaikan. Maka
tak heran jika para ilmuwan menyebut snorkeling sebagai salah satu bentuk “blue
therapy” alami yang paling murah dan mudah diakses oleh masyarakat pesisir
maupun wisatawan. (WA/Ow)