Sumber
Foto: Tribun
WARTAALENGKA, Cianjur - Setiap kali seorang kardinal terpilih
sebagai Paus, salah satu keputusan pertama yang harus diambil adalah memilih
nama kepausan. Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan sarat
dengan makna simbolis yang mencerminkan visi dan arah kepemimpinan Paus baru.
Setelah seorang kardinal terpilih
sebagai Paus dalam konklaf, Dekan Dewan Kardinal akan menanyakan apakah ia
menerima pemilihan tersebut. Jika ia menjawab "ya", langkah
selanjutnya adalah memilih nama kepausan yang akan digunakan selama masa jabatannya.
Pilihan nama ini bersifat pribadi dan tidak diatur oleh aturan resmi Gereja,
namun memiliki dampak simbolis yang besar.
Nama yang dipilih oleh Paus baru
sering kali mencerminkan penghormatan terhadap pendahulunya, santo pelindung,
atau nilai-nilai tertentu yang ingin diusung selama masa kepemimpinannya.
Misalnya, Paus Yohanes Paulus I memilih gabungan nama dari dua pendahulunya,
Yohanes XXIII dan Paulus VI, sebagai bentuk penghormatan dan kelanjutan dari
semangat reformasi mereka.
Dalam kasus Paus Leo XIV, yang
sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Robert Francis Prevost, pemilihan nama
"Leo" merupakan penghormatan terhadap Paus Leo I dan Leo XIII. Paus
Leo I dikenal sebagai teolog dan pemimpin yang kuat dalam menghadapi tantangan
politik, sementara Paus Leo XIII dikenal karena advokasinya terhadap hak-hak
pekerja dan keadilan sosial. Dengan memilih nama ini, Paus Leo XIV menunjukkan
komitmennya terhadap nilai-nilai tersebut.
Meskipun tidak ada aturan yang
mengharuskan Paus baru untuk mengganti nama, tradisi ini telah menjadi bagian
integral dari proses pemilihan Paus. Pilihan nama menjadi pernyataan pertama
Paus baru kepada dunia tentang arah dan prioritas kepemimpinannya. Beberapa
Paus memilih nama yang belum pernah digunakan sebelumnya, seperti Paus
Fransiskus, yang terinspirasi oleh Santo Fransiskus dari Assisi dan komitmennya
terhadap kemiskinan dan perdamaian.
Pemilihan nama oleh Paus baru bukan sekadar formalitas, melainkan tindakan simbolis yang mencerminkan identitas, nilai, dan visi kepemimpinannya. Melalui nama yang dipilih, Paus menyampaikan pesan kepada umat Katolik dan dunia tentang arah yang akan diambil Gereja di bawah kepemimpinannya. Tradisi ini memperkaya warisan spiritual Gereja Katolik dan memperkuat ikatan antara Paus dan umatnya di seluruh dunia. (WA/ Ow)